MANGUPURA, BALIPOST.com – Sekaa Teruna (ST) Girindra Putra, Banjar Tegalnarungan, Desa Sobangan, Mengwi, Badung, membuat ogoh-ogoh bertemakan babi raksasa. Ogoh-ogoh yang mengisahkan tewasnya Gandarwa dan menjadi hama padi ini diberi judul Bawi Srenggi.
Ketua ST Geridra Putra, Made Baskara Adi, Sabtu (14/3) menceritakan Bawi Srenggi adalah seorang Gandarwa (penghuni surga) yang bertugas menjaga gerbang Surga Indraloka, Ia memiliki saudara bernama Gudug Pasu, mereka berdua sama-sama memiliki keinginan untuk mempersunting Dewi Sri.
“Mereka pun bertarung mengadu kesaktian. Lalu datanglah Dewa Siwa mengatakan bahwa Dewi Sri telah turun ke Bumi bersama kakaknya Dewa Rambut Sedana untuk mensejahterakan rakyat di Bumi,” ucapnya.
Mengetahui hal itu mereka pun memutuskan turun ke bumi, Bawi Srenggi menuju barat laut dan Gudug Pasu menuju timur laut. Setelah berbulan-bulan mencari, Bawi Srenggi hanya berjumpa dengan serumpun bambu kuning, dan ia mencari di dalam rumpun bambu itu.
Tiba-tiba terdengar suara “Oh Bawi Srenggi, memang Dewi Sri telah turun ke bumi, di timur laut adanya, ketika kau bertemu cekung tanah di sana lah Dewi Sri berada. “Begitu mendengar suara itu Bawi Srenggi segera menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh suara tadi,” ceritanya.
Sampailah ia di sebuah sawah di Kerajaan Medang Kemulan dan mengetahui Dewi Sri ada di sana, ia menghancurkan sawah itu demi menemukan Dewi Sri. Hal itu membuat Dewi Sri murka dan mengutuk Bawi Serenggi menjadi setan babi hutan yang ganas.
Bawi Srenggi sangat marah akan hal itu, ia mengamuk. Rumah-rumah warga dihancurkannya, pepohonan ditumbangkannya.
Mengetahui kemunculan iblis babi tersebut, Raja Medang Kemulan mengerahkan pasukannya untuk membunuh iblis itu, namun mereka dibantai habis oleh Bawi Srenggi. Tiba-tiba terdengar suara gaib, bahwa iblis babi itu hanya bisa dibunuh dengan bambu kuning runcing.
Sang Raja Medang Kemulan pun membuat bambu runcing dan segera menyerang iblis babi itu bertubi-tubi, membuat tubuh si iblis terluka parah. Ketika sekarat Bawi Srenggi berkata, “Hai Raja, kini kau telah berhasil membunuhku, namun aku belum berhasil mempersunting Dewi Sri, selama itu pula aku akan terus mencari Dewi Sri”.
“Setelah itu I Bawi Srenggi pun tewas, darahnya berubah menjadi candang api, napasnya berubah menjadi candang kubal, kukunya berubah menjadi candang getep, ekornya menjadi candang kibul, semua itu merupakan hama bagi tumbuhan padi,” pungkasnya. (Parwata/balipost)