BANGLI, BALIPOST.com – Desa Wisata Penglipuran tak hanya membatasi diri dalam menerima kunjungan wisatawan. Pihak desa malah sudah menutup sementara destinasi ini.
Langkah ini diambil Desa Adat Penglipuran sebagai upaya pencegahan penyebaran virus Corona di lingkungan desa adat setempat. Desa wisata yang dikenal karena kebersihan dan bangunan tradisionalnya itu dijdwalkan tutup pada 18-30 Maret.
Meski baru akan tutup mulai Rabu (18/3), pada Selasa (17/3) pagi desa wisata tersebut sudah tampak lengang. Hanya ada beberapa orang wisatawan yang lalulalang di sana.
Bendesa Adat Pengelipuran, I Wayan Supat, mengatakan kebijakan tidak menerima kunjungan wisatawan selama dua pekan ini berdasarkan keputusan paruman krama Desa Adat Penglipuran pada Senin (16/3) tentang pencegahan penyebaran virus Corona.
Dalam SE Gubernur dan SE Bupati Bangli tersebut secara eksplisit tidak ada imbauan untuk menutup atau tidak menerima kunjungan, namun diimbau mengurangi kegiatan yang bersifat menimbulkan keramaian seperti pelatihan, FGD dan kegiatan lain yang melibatkan orang banyak. “Dengan adanya imbauan itu, kami yang sering bersentuhan dan komunikasi dengan orang banyak, sepakat menutup sementara atau tidak menerima kunjungan yang datang ke Penglipuran,” terangnya.
Penutupan selama dua pekan, menurut Supat, akan berdampak pada ekonomi masyarakat terutama ibu-ibu yang berjualan kuliner dan barang kerajinan di rumah masing-masing. Desa Penglipuran juga akan kehilangan pendapatan dari retribusi wisata. Kunjungan wisatawan di Penglipuran bisa mencapai 700 orang dengan nilai Rp 12-13 juta setiap hari.
Pihaknya siap menerima konsekuensi kerugian ekonomi, ketimbang kerugian kesehatan akibat dampak Corona. Mudah-mudahan ini merupakan cara terbaik untuk membatasi gerak penyebaran virus Corona. (Dayu Swasrina/balipost)