GIANYAR, BALIPOST.com – Situasi di kampung turis pascawabah COVID-19, makin kritis. Imbas dari wabah ini, okupansi hotel di seputaran Ubud terus mengalami penurunan.
Kondisi ini diakui Ketua Ubud Hotel Asosiasi (UHA) Gede Karilo, Kamis (19/3). Gede Karilo mengungkapkan okupansi hotel di Ubud mengalami penurunan.
Saat ini okupansi mencapai 20 sampai 30 persen. Dikatakannya, kondisi saat ini, okupansi berada pada kisaran rata-rata antara 30 sampai 50 persen. “Ironisnya ada hotel dengan okupansi dibawah rata-rata tersebut. Paling rendah bisa di bawah 10 persen,” bebernya.
Ditambahkan perubahan okupansi terus terjadi, terutama setelah sejumlah negara melakukan lockdown. Ia memprediksi memasuki April 2020 ini okupansi akan semakin menurun. “Setelah berlakunya pembatasan masuk dari negara-negara yang terjangkit virus, ya… negara-negara itu lah supporter besar kita, termasuk Euroa dan Australia, prediksi April mendatang bakal ada penurunan yang signifikan,” imbuhnya.
Disinggung pascaditutupnya Gili dan sejumlah turis pindah ke Bali, Gede Karilo memperkirakan kondisi ini juga memicu peningkatan okupansi secara general di Ubud dan sekitarnya. Namun pihaknya merasakan cemas dengan kondisi ini. “Tetapi ada perasaan takut juga, karena mereka (wisatawan-red) masuk tanpa terfilter. Malahan takutnya ada yg menjadi pembawa virus, bisa lebih kacau,” keluhnya.
Sementara itu, pihaknya di asosiasi hotel Ubud sudah melakukan pengecekan temperatur, melakukan disinfectant spray secara rutin di saat tamu check-in dan check-out di kamar dan publik area. Termasuk memberikan penyuluhan-penyulahan ke staff dan memberikan fasilitas sanitizer di area hotel. “Yang paling penting, sekarang kita menjaga kesehatan, memutus rantai virus ini, sehingga tidak menambah angka pasien,” katanya.
Pihaknya berharap pemerintah melakukan screening yang ketat di pintu masuk. Selalu memberikan sosialisasi untuk memutus rantai penyebaran virus ini terutama di daerah-daerah wisata, kabupaten kota, karena masih banyak yang tidak sadar. “Kami berharap pemerintah harus cepat memberikan stimulus-stimulus ekonomi kepada seluruh elemen masyarakat, supayaa tidak chaos,” katanya.
Selain itu pihaknya juga menunggu surat resmi dari OJK. Diungkapkan banyak masyarakat yang ngambil KUR atau pinjaman cicilan motor, sedangkan mulai banyak yang kena unpaid leave. “Sehingga mereka kesusahan juga membayar cicilan. Kita di tourism tidak bisa kerja dari rumah, harus fight terus, berbeda dengan ASN,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)