Tertibkan KUPVA Ilegal
Ilustrasi. (BP/dok)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kekhawatiran merebaknya COVID-19, memicu penguatan Dolar AS. Dikutip dari Antara, kurs Dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).

Meningkatkan permintaan dolar meskipun ada langkah-langkah terbaru oleh bank-bank sentral dunia yang bertujuan mengurangi tekanan pasar. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik 2,0 persen menjadi 102,73, level tertinggi sejak Januari 2017.

Baca juga:  Sebanyak 73 Korban Jiwa Dilaporkan Bali, Meninggal Hari Ini Capai 57 Persennya

Indeks naik sekitar empat persen selama minggu ini. “Amukan dolar berlanjut ke sesi lain hari ini di pasar valas, berfokus pada mata uang G10 yang sebelumnya berkinerja baik di tengah-tengah gejolak pasar,” kata Simon Harvey, seorang analis pasar berbasis di London di Monex Europe.

Euro anjlok 2,15 persen terhadap dolar. Terhadap franc Swiss, greenback meningkat 1,9 persen, sementara itu melonjak 2,63 persen terhadap yen. “Kekuatan dolar, pada dasarnya, adalah reli short-covering yang kuat,” kata Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.

Baca juga:  Gubernur Koster Sukses Naikkan Harga Sewa Aset Pemprov di Nusa Dua

Reli dolar telah menghancurkan beberapa mata uang ke posisi terendah multi-tahun. Euro berada pada posisi terlemah sejak April 2017, karena para pedagang bergegas untuk melepaskan posisi euro meskipun ada stimulus baru dari Bank Sentral Eropa (ECB).

Bank Sentral Eropa mengumumkan program pembelian aset 750 miliar euro (817 miliar dolar AS) sebagai tanggapan terhadap wabah virus corona. “Sementara pengumuman ECB telah membantu pasar obligasi, itu tidak banyak membantu euro,” kata Chandler. (kmb/balipost)

Baca juga:  Bea Cukai Peroleh Pendapatan Ratusan Miliar dari Pabrik Mikol

 

BAGIKAN