Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Suaksada, melaksanakan atraksi adat mentolak bala untuk memohon keselamatan di tengah penyebaran wabah Covid-19. (BP/ist)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Pemerintah sudah masif melakukan penanganan medis penyebaran virus Corona. Meski demikian, beberapa daerah masih melaksanakan penanganan wabah melalui jalur nonmedis atau niskala. Seperti dilakukan Warga Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada.

Warga yang didominiasi Islam itu sejak zaman kerajaan Ki Anglurah Pandji Sakti memiliki kepercayaan mengatasi situasi sulit yang mengancam keselamatan warganya. Kepercayaan itu adalah prosesi menolak bala menurut ajaran Agama Islam.

Baca juga:  Dipatenkan Sejak 1937, Ngerebong di Kesiman Tetap Lestari untuk Gumi Bali

Salah seorang tokoh masyarakat, Drs. Mohammad Suharto, Kamis (19/3) malam menuturkan, kebiasaan adat menolak bala ini dilakukan atas kesepakatan warga. Tolak bala diawali persembahyangan bersama di masjid yang berdiri kokoh di pusat desa. Setelah persembahyangan, pengurus masjid dan tetua di desa memimpin jalannya atraksi.

Warga jalan kaki keliling mengitari wilayah desa. Sepanjang perjalanan, warga mengumandangkan azan berisi ayat-ayat suci agar semua wilayah terhindar dari wabah penyakit atau hal yang memicu bahaya. “Ini dilakukan setiap keadaan seperti sekarang. Inilah cara warga kami melawan wabah penyakit melalui nonmedis. Tujuannya hanya satu, situasi ini berlalu dan semua umat dibebaskan dari serangan wabah penyakit seperti Covid-19,” katanya. (Mudiarta/balipost)

Baca juga:  Bupati dan Wabup Karangasem Ucapan Selamat Galungan, Kuningan, dan Nyepi 2024
BAGIKAN