AMLAPURA, BALIPOST.com – Jelang pelaksanaan Tawur Tabuh Gentuh dan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Agung Besakih, pada Senin (22/3), panitia melaksanakan upacara mapepada dan bumi sudha yang dilakukan di Bencingah Pura Agung Besakih. Upacara yang hanya diikuti sejumlah krama karena mengikuti himbauan pemerintah untuk tidak melibatkan banyak orang itu, dipuput dua sulinggih.
Ketua Panitia Karya IBTK, Jro Mangku Widiartha, mengatakan, pelaksanaan upacara mapepada dan bumi sudha ini, memang tetap dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya. “Untuk sarana upacaranya tetap sama seperti yang sudah berjalan, tidak ada pengurangan sama sekali,” ucapnya.
Widiartha mengatakan, jenis wewalungan yang dipergunakan dalam mapepada kali ini, meliputi sapi, kerbau, menjangan, kidang, petu, brekaok, kambing, dan angsa. Serta caru manca satha.
Kata dia, tujuan dari pelaksanaaan dari mapepada ini adalah untuk meningkatkan drajan wewalungan itu sendiri. “Dengan mapepada ini, untuk mensucikan wewalungan yang dipergunakan untuk Tawur Tabuh Gentuh Besok (Hari ini Red). Dengan mapapad ini juga, darajat wewalungan ini ditingkatkan. Untuk upacara mapepada ini dipuput dua sulinggh yakni, Ida Pedanda Wayahan Tianyar dari Griya Menara, Sidemen dan Ida Pedanda Istri Karang dari Griya Suci, Jungutan,” katanya.
Ditengah situasi sekarang ini dengan merebaknya kasus penyebaran virus COVID-19 ini, pihak panitia jelas Widiartha, memang telah membatasi krama yang terlibat di dalam pelaksaaan upacara ini. Karena untuk kegiatan ini, pihaknya hanya melibatkan prajuru adat, pinandita dan serati banten.
“Krama yang ikut jumlahnya terbatas. Ini menyesuaikan dengan himbauan dari pemerintah agar tidak melibatkan orang banyak. Termasuk menerapkan social ditencing untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran virus COVID-19 itu semakin meluas,” tegasnya.
Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya sebagai panitia karya dan mengikuti himbauan dari pemerintah, maka pihaknya sehubungan dengan Pelaksanaan Tahur Labuh Gentuh dan Ida Batara Turun Kabeh (IBTK), pihaknya menghimbau kepada umat sedharma, untuk pelaksanaaanya pihaknya hanya melibatkan unsur-unsur pokok kelembagaan yang ada di Desa Adat Besakih. Bagi umat yang hendak melakukan persembahyangan ke Pura Agung Besakih, agar membatasi diri maksimal 25 orang.
Dan mengacu pada social distancing, agar umat mengatur jarak terutama saat hendak melakukan pemuspaan, dan sebelum memasuki utama mandala, pemedek diminta untuk melakukan cuci tangan dengan cairan hand sanitizer pada tempat yang sudah disediakan. “Jadi, kita minta krama mengikuti himbauan ini, agar kita tidak salah di dalam melaksanakan upacara ini. Dan upacara bisa berjalan dengan baik sesuai dengan harapan bersama,” pinta Mangku Widiartha. (Eka Parananda/balipost)