Suasana pelaksanaan Tawur Kesanga di Pecatu. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Umat Hindu di Bali menggelar sejumlah ritual pada Pangerupukan, Selasa (24/3). Namun di tengah pandemi virus Corona, ada beberapa penyesuaian yang dilakukan umat.

Seperti di Desa Adat Pecatu, prosesi tawur kesanga dilaksanakan dengan jumlah peserta yang dibatasi dan sejumlah penyesuaian pada tata cara pelaksanaannya. Bendesa Adat Pecatu Made Sumerta menjelaskan, sebelumnya, melasti dilaksanakan secara ngubeng di Pura Desa, desa adat setempat. Peserta melasti pun hanya 19 orang.

Baca juga:  Awal Operasi Patuh Lempuyang, Ini Jumlah Pelanggar Terjaring

Kemudian, pratima yang tedun yang biasanya 24 pratima, kini hanya yang pokok saja yakni dari Pura Luhur Uluwatu dan Pangleburan. “Sedangkan Batara Tirta di Segara kita tunaskan. Karena tidak melasti ke pantai,” ujarnya.

Demikian pula untuk upacara mepiak dan tawur kesanga di catus pata yang digelar hari ini. Pesertanya sangat dibatasi yakni hanya diikuti perwakilan banjar, prajuru desa adat, pemangku dan serati.

Baca juga:  Menggali Pesan dari Kearifan Lokal

Sama halnya dengan melasti, pesertanya bahkan diabsen untuk memastikan mereka benar-benar yang diikutsertakan dalam prosesi. “Sebelum prosesi, sudah kita semprotkan disinfektan yang kita lakukan secara swadaya. Kemudian, untuk persembahyangan, kita tidak gelar bersamaan melainkan sendiri-sendiri. Ini sebagai tindak lanjut arahan pemerintah mengenai social distancing,” katanya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN