WASHINGTON, BALIPOST.com – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Selasa (24/3) waktu setempat mengumumkan keinginannya melonggarkan kebijakan penguncian di AS. Ia, dikutip dari AFP, menginginkan AS memulai aktivitas ekonominya dalam 3 minggu ke depan.
Trump menyebut upaya social distancing menyebabkan disrupsi. “Banyak orang yang setuju dengan saya. Negara kita, tidak dibangun untuk di shut down,” katanya saat berbicara di Fox News.
“Anda bisa menghancurkan sebuah negara dengan cara menutupnya seperti ini,” lanjutnya.
Ia pun menginginkan AS kembali buka sekitar perayaan Paskah. Paskah akan dirayakan pada 12 April, sekitar 18 hari lagi.
Jaga jarak sosial dan karantina telah diberlakukan di hampir seluruh AS, dengan perintah tinggal di rumah terhadap sepertiga dari populasi penduduknya. Menyebabkan perekonomian terbesar di dunia ini berhenti seketika.
Sebuah survei yang digelar Ipsos/Axios dikeluarkan Selasa mendapatkan sekitar 74 persen penduduk AS telah berhenti mengikuti pertemuan besar, sementara 48 persen telah membatalkan perjalanan mereka dan menyebabkan bandara-bandara menjadi sepi.
Satu lagi korban dari penguncian AS ini adalah kampanye pemilihan presiden. Trump membatalkan sejumlah kampanye di kota-kota besar AS.
Trump memberlakukan 15 hari lockdown yang akan berakhir di awal minggu depan. Namun, ia telah dengan jelas berpikir bahwa kebijakannya terlalu berlebihan. “Kita kehilangan ribuan orang per tahunnya karena flu, tapi kita tidak mengunci negara ini.”
“Kita kehilangan lebih banyak dari kecelakaan mobil. Kita tidak mengatakan pada perusahaan mobil untuk berhenti membuat mobil,” ujarnya.
Dari catatan Johns Hopkins University pada Selasa, dilaporkan 600 orang di AS meninggal akibat COVID-19. Jumlah kasus infeksi di negara itu mencapai 50 ribu orang.
AS memiliki jumlah kasus ketiga terbanyak secara global, di belakang Tiongkok dan Italia.
Dan, meskipun Trump bersikap optimis, Gubernur New York, Andrew Cuomo memperingatkan adanya peningkatan jumlah pasien COVID-19 di negara bagian dan kota terbesar AS itu. “Kita tidak memperlambatnya. Ini berakselerasi sendiri,” katanya serta membandingkan kecepatan penyebaran virus ini dengan kereta super cepat (bullet train). (Diah Dewi/balipost)