Presiden Joko Widodo melakukan video conference. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – KTT Luar Biasa G20 dijadwalkan berlangsung pada Kamis (26/3) pukul 19.00 WIB. Pertemuan tingkat tinggi ini akan dipimpin Kepala Negara Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, yang merupakan Presiden G20 tahun ini.

Dalam pertemuan itu, dikutip dari rilis Kementerian Luar Negeri RI, Presiden Joko Widodo akan membahas penanganan COVID-19. Konferensi yang digelar secara virtual ini diharapkan bisa menghasilkan pernyataan bersama terkait COVID-19.

Baca juga:  Bali Laporkan Tambahan Kasus COVID-19 Capai 3 Digit, Korban Jiwa Masih Tinggi

Tak hanya pemimpin negara, dalam pertemuan itu akan ada pemimpin organisasi internasional yang hadir, diantaranya dari WHO, PBB, dan IMF.

IMF memperkirakan COVID-19 berpotensi menimbulkan krisis ekonomi global seperti yang terjadi pada 2008.

Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, dukungan pendanaan dalam mekanisme bilateral, regional, ataupun multilateral secara global perlu didukung dengan peningkatan kerja sama internasional dalam memerangi COVID-19 dan segala dampak ekonomi dan sosialnya.

Baca juga:  Ikut Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai, Ini Dilakukan Gojek

Aspek perdagangan internasional dan kerja sama internasional juga menjadi pokok bahasan utama guna menjamin kelancaran arus barang dan jasa, serta penguatan upaya global dalam merespons COVID-19.

Sebelum diselenggarakannya KTT Luar Biasa G20 secara virtual, negara anggota telah melaksanakan pertemuan virtual menteri keuangan dan gubernur bank sentral pada Senin (23/3), serta pertemuan Sherpa G20 pada Selasa.

Pada pertemuan virtual para menteri keuangan dan gubernur bank sentral antarnegara G20, telah dibahas paket stimulus dalam kerangka COVID-19. Di samping itu, organisasi internasional seperti Bank Dunia dan IMF juga sepakat untuk mengeluarkan bantuan pendanaan guna meredam dampak pandemic COVID-19 terhadap perekonomian global.

Baca juga:  Angka Pengangguran Menurun

Dalam pertemuan Sherpa G20, Indonesia telah menyampaikan perlunya G20 untuk fokus mendukung negara berkembang dan least developed countries (LDCs) sebagai pihak yang diperkirakan paling rentan terhadap dampak pandemi COVID-19. (kmb/balipost)

BAGIKAN