Pemandangan sebuah jalanan yang kosong di New Orleans, AS pada Jumat (27/3) saat wabah COVID-19 melanda. (BP/AFP)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Amerika Serikat saat ini telah memiliki lebih dari 100 ribu kasus COVID-19 per Jumat (27/3), menurut sebuah mesin pencatat yang dibuat Universitas Johns Hopkins. Dikutip dari AFP, telah ada 100.717 kasus, termasuk 1.544 kematian per pukul 18.00 waktu setempat.

Klaster terbesar hingga saat ini adalah New York, rumah dari setengah jumlah kasus yang terkonfirmasi, yang membuat sistem RS kewalahan.

Baca juga:  Program JKN-KIS, Optimalisasi Kualitas Layanan Masih Jadi PR

Amerika Serikat memiliki sekitar 15 ribu kasus terkonfirmasi dari negara posisi kedua, yakni Italia, dan 20 ribu kasus lebih banyak dibandingkan Tiongkok yang ada di urutan ketiga.

Kematian karena COVID-19 di AS berdasarkan kasus terkonfirmasi itu mencapai 1,5 persen. Lebih rendah dibandingkan kematian di Italia yang persentasenya mencapai 10,5 persen.

Data kematian ini bisa saja melonjak, seiring makin banyaknya orang yang dites tidak menunjukkan gejala apapun meski sudah positif. Angka kematian kemungkinan bertambah jika banyak negara bagian dan kota berada dalam posisi sama dengan New York.

Baca juga:  Hanya Satu Zona Orange Laporkan Tambahan Warga Tertular COVID-19 Capai Puluhan

Kota terbesar di AS tersebut kini mencatatkan 500 kematian dan mengalami kekurangan tempat tidur RS, alat perlindungan diri (APD) dan ventilator. “Kami masih melihat peningkatan jumlah kasus, jumlah pasien yang dirawat, dan pasien yang menggunakan ventilator,” kata seorang Guru Besar Ilmu Kebijakan Kesehatan di Harvard, Thomas Tsai.

Sayangnya, lanjutnya, angka kematian biasanya mengikuti pola yang sama. “Hanya menunggu apakah itu dalam hitungan hari atau minggu,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)

Baca juga:  25 Kasus COVID-19 Baru di Denpasar Ada di 11 Desa/Kelurahan
BAGIKAN