AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Sebudi, Selat, Karangasem tetap melaksanakan upacara Pujawali Purnama Kedasa/ Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Khahyangan Jagat Pura Pasar Agung Besakih Giri Tohlangkir. Hanya saja, di tengah kondisi penyebaran virus COVID-19 ini, Ida Bhatara hanya nyejer (pelaksanaan) dipersingkat dari sebelumnya yakni, hanya dilakukan selama tujuh hari.
Penglingsir Pura Basar Agung Besakih Giri Tohlangkir, Jro Mangku Gede Umbara, Rabu (1/4) mengungkapkan, pelaksanaan Pujawali Purnama Kedasa dipersingkat dari tahun sebelumnya. Kata dia, seharusnya pelaksanaan pujawali berlangsung selama 11 hari, akan tetapi di tengah situasi sekarang ini, pujawali dipersingkat lagi menajdi tujuh hari.
“Biasanya pujawali nyejer 11 hari. Tapi, tahun ini, sesuai dengan himbauan PHDI Provinsi Bali terkait penyebaran virus COVID-19 ini, pujawali diperpendek yakni nyejer selama tujuh hari. Untuk upacara nyineb akan dilakukan pada 14 April mendatang,”ucapnya.
Gede Umbara menambahkan, ada beberapa kegiatan upacara yang ditiadakan pada tahun ini. Dua diantaranya nunas tirta ke puncak Gunung Agung dan melasti.
Itu ditiadakan, jelas Gede Umbara, karena tidak ingin melibatkan orang banyak sesuai dengan himbauan dari pemerintah. Dan untuk seluruh bakti dari ngadegang pralingga ida bhatara, pasucian, puncak upacara, bhakti penganyar, pangelemek, sampai dengan bakti panyinebab dispakna oleh prajuru desa adat pengemong dan penyangra Pura Pasar Agung.
“Karena melasti tidak dilaksanakan, maka masucian hanya dilakukan di palingih saja. Termasuk penganyar dari desa adat se-Kecamatan Selat juga tidak dilakukan, dan hanya dilakukan oleh jro mangku. Upacara juga tidak dipuput para sulinggih melainkan dipuput pemangku. Selama pelaksanaan upacara, juga sepenuhnya dilakukan oleh prajuru desa adat pengemong, penyanggra Pura Pasar Agung, pemaksaan Pura Pasar Agung dan pemangku pura denganjumlah yang terbatas,” katanya.
Dia mengimbau, kepada seluruh krama Bali, untuk ngaturang bhakti kepada Ida Bhatara dengan cara ngayat/ngubeng dari merajan masing-masing. Dan bila nantinya, ada krama yang hendak tangkil untuk melakukan persembahyangan, pihaknya meminta supaya tidak melibatkan orang banyak. “Pemedek juga harus menyaiapkan alat pelindung kesehatan diri seperti masker dan pelangkapa yang lainnya,” tegas Gede Umbara. (Eka Parananda/balipost)