DENPASAR, BALIPOST.com – Kasus penyebaran virus Corona (COVID-19) telah menyebar hingga sejumlah desa di Denpasar. Kondisi ini menjadi perhatian Pemkot agar kasus ini tidak menyebar lagi.
Berbagai upaya telah dirancang untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. Saat ini, Pemkot telah merancang berbagai langkah simulasi dalam berbagai kondisi yang terjadi. Bahkan, sampai skenario terburuk, yakni karantina selektif.
Wali Kota Denpasar I.B.Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Sekda A. A. Rai Iswara, Rabu (1/4) mengungkapkan, berbagai kebijakan telah dilakukan dalam upaya mengantisipasi penyebaran kasus COVID-19 semakin luas. Karena saat ini sudah ada tiga kasus positif di Denpasar. Selain kasus positif, Denpasar juga memiliki 117 orang dalam pemantauan (ODP) dan 2 pasien dalam pengawasan (PDP)
Wali Kota Rai Mantra mengatakan, perlunya disiplin serta sikap jujur dari masyarakat dalam menyikapi masalah ini. Bila sikap disiplin dan jujur tersebut tidak muncul di masyarakat, maka apa pun yang dilakukan pemerintah tidak akan berhasil.
Apalagi, Denpasar merupakan wilayah yang heterogen dan mobilitas penduduk yang cukup tinggi, sehingga perlu ada sikap jujur dari masyarakat. Selama ini, kata Rai Mantra mengatakan telah melakukan sosialisasi agar masyarakat disiplin dalam menjaga jarak, tidak keluar rumah, tidak berkumpul, serta tetap menjaga kesehatan sendiri.
Upaya lain yang sudah dilakukan, yakni telah membentuk Satgas di tingkat desa, sehingga partisipasi masyarakat tumbuh dari bawah. Seperti yang dilakukan Panjer dalam menjaga wilayahnya serta warganya. “Apa yang dilakukan Panjer merupakan lokal wisdom yang merupakan bentuk partisipasi warga setempat dalam menjaga warganya,” ujarnya.
Wali Kota menilai partisipasi masyarakat merupakan modal besar dalam memutus tali rantai penyebaran COVID-19. Intinya, semua pihak harus memiliki satu komitmen dalam menjaga warganya.
Terkait dengan semakin banyaknya kasus COVID-19 di Denpasar, Pemkot telah mengambil langkah strategis dalam upaya penanggulangan kasus ini. Saat ini, sedang dimatangkan berbagai simulasi dalam menghadapi kasus yang terjadi.
Bahkan, sampai skenario terburuk, juga sedang dibahas. Termasuk penyediaan pangan yang memadai, terutama bagi warga yang rentan, seperti lansia, warga miskin, serta disabilitas. “Semua ini harus kita pikirkan dampak-dampaknya bila kita mengambil keputusan,” ujar Rai Mantra.
Pihaknya juga kini semakin memfokuskan agar data yang ada benar-benar valid. Misalnya saja, berapa keberadaan ODP, PDP, serta OTG (orang tanpa gejala) di masing-masing desa. Karena dengan data yang valid, kebijakan yang akan dilakukan bisa lebih maksimal. “Memang beberapa dari skema itu sudah jalan, tetapi ada yang memang perlu dimatangkan lagi. Mudah-mudahan minggu depan sudah selesai,” kata Rai Mantra.
Terkait anggaran yang disiapkan, Pemkot juga sudah memiliki beberapa alternatif. Saat ini sudah disiapkan sekitar Rp 3- Rp 5 miliar dalam kondisi saat ini. Bila nanti diperlukan langkah lain, bisa ditambah hingga Rp 100 miliar. (Asmara Putera/balipost)