DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Kamis (2/4) sekitar pukul 12.34 Wita, Kuta Selatan-Bali diguncang gempabumi tektonik berkekuatan 4.3 SR. Gempabumi ini terjadi bertepatan rahina Wraspati Pon Sasih Kedasa.

Menurut Sulinggih Ida Pandita Mpu Siwa Budha Daksa Darmita dari Geria Agung Sukawati, bahwa berdasarkan lontar Palalindon, gempabumi yang terjadi tepat pada Sasih Kedasa merupakan pertanda baik, karena bersamaan dengan beryoganya Hyang Akasa personifikasi dari Brahman/Sanghyang Widhi Wasa. Sehingga, hal ini bisa menjadi baik menuju kesejahteraan bumi dan masyarakat penghuninya.

Namun, gempa ini terjadi pada hari wraspati dan (sapta wara) dan pon (pancawara) menanda kurang baik. Seperti, binatang peliharaan berkaki dua dan berkaki empat banyak yang mati, pemimpin agak risau ditimpa kesulitan “kesakitan”, ada musuh sangat galak, perang bisa saja terjadi, wabah penyakit datang sangat menggila dan meluas, dan kematian tidak dapat dielakkan lagi. “Semuanya itu dinamakan ‘sanghara bhumi’,” ujarnya, Jumat (3/4).

Baca juga:  Banjir di Samblong, Warga Ngungsi

Oleh karena itu, agar keadaan negara kembali stabil seperti sediakala dan “rahayu ikang rat”, semua komponen bangsa harus bersatu padu menghadapi segala kesulitan ini. Semua umat di dunia jangan lupa berdoa. Begitu pula para pinandita dan pandita memuja kepada Hyang Akasa dan Hyang Sangkara, karena pada saat terjadinya gempa keduanya bersamaan “beryoga.”

Selain itu, di Kahyangan Tiga menghaturkan sesajen/daksina pejati dan sesayut pagehwesi di Pura Puseh. Mecaru di “pempatan agung”, yakni celeng butuhan, olahannya lengkap urip 88, dasarnya ayam brumbun, dandanan, nasi sawakul, benang segepok, ketan, injin, sudang, telur, isuh- isuh lengkap, daun papasan, kemurugan, jeruk purut, dan ditaburi tepung.

Baca juga:  Sudah 3 Minggu!! Bali Terus Laporkan Tambahan Korban Jiwa COVID-19

Adapun mantra menghaturkan caru; Om Akasa lingga ya namostute, sarva marana vicitram, bhuta pisaca pralayam, sarva rogha vimurcate, jagat vighna vinasanam. Artinya, Om Sanghyang Akasa yang bersthana, kami bersujud, niscaya semua wabah penyakit terlempar jauh, bakteri virus kecil dimusnahkan, segala penyakit dibuat tidak berdaya, rintangan halangan di suatu daerah/jagat dihancurkan.

Ditambahkan puja; Om Shri Sangkara mayoga, apenging bhuta mangsa, bhuta lohok, bhuta kala guruswi mangsa ya namah, iti tadah sajinira sajen sakreci tan sinaringan. Wastu kang bhumi urip waras, bhumi amukti urip. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Bali Dilengkapi 9 Sirine Tsunami
BAGIKAN