ROMA, BALIPOST.com – Negara terdampak pandemi COVID-19, Italia, mulai mengalami perlambatan penyebaran virus seiring menurunnya jumlah kasus perawatan intensif pada Sabtu (4/4) waktu setempat. Jumlah kasus perawatan intensif mengalami penurunan untuk pertama kalinya.
Bahkan sejumlah pejabat kesehatan di Italia yang bersikap hati-hati dalam mencermati angka-angka kasus, menilai adanya titik balik dari bencana paling mematikan yang dirasakan negara ini sejak Perang Dunia (PD) II.
Kepala Layanan Perlindungan Sipil, Angelo Borreli, mengatakan terjadi penurunan dari 4.068 kasus perawatan intensif pada Jumat menjadi 3.944 kasus keesokan harinya, merupakan momen besar bagi Italia dalam menghadapi perang melawan COVID-19.
“Ini merupakan data penting karena menunjukkan penurunan untuk pertama kalinya,” kata Borreli, dikutip dari AFP, Minggu (5/4).
Ia mengatakan hal ini penting karena memberikan kesempatan RS di negara itu untuk “bernafas.”
Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte memutuskan melakukan lockdown lebih lama meskipun perekonomian mengalami kelumpuhan. Bahkan, ia memanggil ribuan doktor yang sudah pensiun serta menghabiskan jutaan Euro untuk menopang bangsal darurat di Italia.
Namun, sejumlah RS tetap harus mengirim pasien kritis mereka untuk dirawat di kawasan yang belum terlalu penuh pasiennya. Dan dokter di sejumlah wilayah terparah harus memutuskan hidup dan mati pasien, siapa yang layak diselamatkan atau dikirim pulang.
Upaya mereka ini, agaknya mulai terlihat hasilnya pada Sabtu.
Secara total, jumlah tempat tidur untuk perawatan intensif di Italia mencapai 9.284 unit. Meningkat dua kali lipat dalam sebulan terakhir.
Jumlah kematian harian di Italia mengalami penurunan menjadi 681 kasus. Sementara secara total, kematian di Italia mencapai 15.362 jiwa sejak virus ini pertama kali tersebar di negara itu.
“Jumlah kematian harian terus mengalami penurunan. Saya ingin mengingatkan bahwa pada Maret 27, hampir seribu orang meninggal,” ujarnya.
Italia pada 27 Maret 2020 mencatatkan kematian harian karena COVID-19 sebanyak 969 jiwa. Rekor yang kemudian ditumbangkan oleh Amerika Serikat dengan jumlah hampir 1.500 kematian harian pada Kamis dan Jumat.
Namun belum ada deklarasi kemenangan di Italia. Bahkan, warga mulai bersiap untuk menghadapi paling tidak sebulan lagi hidup dalam karantina wilayah.
Lombardy, kawasan yang merupakan episentrum COVID-19 di Italia, rumah bagi 10 juta orang, telah menjalani karantina wilayah sejak akhir Februari. Bahkan, peraturan yang lebih ketat makin banyak, seiring berlalunya hari.
Pemerintahnya melarang jogging pada 2 minggu lalu dan mengumumkan semua orang menggunakan masker, dimulai pada Minggu (5/4). Toko juga diharuskan menyediakan sarung tangan plastik sekali pakai untuk pembeli. (Diah Dewi/balipost)