SEMARAPURA, BALIPOST.com – Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Klungkung yang saat ini bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) di Kapal Pesiar, sedang mempersiapkan diri untuk kembali pulang. Mereka sudah melakukan komunikasi dengan pemerintah daerah.
Bahkan, demi keamanan keluarga, mereka melakukan langkah antisipatif. Caranya meminta untuk diisolasi di UPTD Puskesmas Banjarangkan II, sampai benar-benar dinyatakan negatif dari pengaruh COVID-19.
“Banyak pekerja kapal pesiar yang sudah mengkontak pemerintah daerah, untuk minta diisolasi di UPTD Puskesmas Banjarangkan II. Alasannya, demi keamanan diri dan keluarga,” ujar Ketua Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Klungkung, Nyoman Suwirta.
Ia mengatakan langkah antisipatif para ABK pesiar ini bukan karena adanya diskriminasi. “Sejauh ini, belum ada respons masyarakat yang seperti itu,” kata Suwirta, Minggu (5/4).
Sejauh ini sudah ada dua tempat dipersiapkan untuk isolasi ODP (Orang Dengan Pemantauan). Yakni RSU Grha Bhakti Medika dan UPTD Puskesmas Banjarangkan II.
Keduanya merupakan gedung yang baru dibangun untuk menambah fasilitas kesehatan di Klungkung. Awalnya, kedua tempat ini disiapkan untuk isolasi mandiri warga ODP yang membandel, tidak mau diisolasi mandiri di rumah.
Tetapi, dengan adanya kesadaran pekerja kapal pesiar seperti itu, dia akan meresponsnya. Saat ini pihaknya sedang mempersiapkan kelengkapannya. Terutama ketersediaan bed.
Sementara pasokan makanan disiapkan dari rumah sakit. “Setelah rapid test kalau tetap membandel, mereka akan ditangani di tempat karantina ini. Kalau tidak bisa diisolasi mandiri di rumah, ya kita isolasi di sini. Memang ada beberapa yang membandel. Ini lebih kepada masalah mental. Kalau ada yang takut di rumah, juga bisa ditangani disini,” terang Suwirta.
Tidak hanya terkait ODP, tempat karantina atau ruang isolasi juga dibuatkan untuk para petugas medis. Suwirta menegaskan, kesehatan mereka harus tetap dijamin. Setelah setiap hari mereka berjuang untuk nyawa orang lain.
Sudah disiapkan beberapa kamar hotel, di salah satu hotel ternama di Klungkung sebagai tempat isolasi tim medis ini. Agar para dokter dan tim medis lainnya lebih nyaman beristirahat. “Soalnya mereka kerap bersentuhan dengan PDP. Jumlahnya juga cukup banyak ada sekitar 30-an orang,” tegasnya.
Terkait dengan ketersediaan anggaran, dengan penetapan status oleh Bupati Klungkung menjadi Tanggap Darurat Bencana COVID-19, pos anggaran dana tak terduga sekitar Rp 500 juta sudah bisa digunakan. Termasuk anggaran yang direalokasi dari beberapa OPD di dalam Gugus Tugas Penanganan COVID-19 untuk penanganan Covid-19 agar lebih masif. Pemanfaatannya tentu menggunakan skala prioritas, sesuai kebutuhan utama di lapangan. (Bagiarta/balipost)