WASHINGTON, BALIPOST.com – Lebih dari 1.200 jiwa meninggal karena COVID-19 di Amerika Serikat. Data ini berdasarkan kalkulasi John Hopkins University per Minggu (5/4) waktu setempat.
Dikutip dari AFP, universitas yang bermarkas di Baltimore ini, yang melakukan penghitungan atas perkembangan COVID-19 di seluruh dunia, menyatakan bahwa secara akumulatif ada 337.072 kasus positif di AS. Jumlah kematian akumulatifnya mencapai 9.633 jiwa.
Sementara itu, sejumlah gubernur di AS mengajukan segera dilaksanakannya strategi nasional dalam menghadapi pesatnya penyebaran virus corona di AS. Bahkan seiring meningkatnya jumlah kematian, pihak berwenang di bidang kesehatan mengingatkan bahwa minggu ini akan terjadi momen yang setara dengan tragedi di Pearl Harbor.
Kematian di AS perlahan-lahan mendekati rekor baru 10.000 kasus setelah episentrum dari COVID-19 di AS, New York, mencatatkan jumlah kasus kematian yang mencapai ratusan dalam sehari dan RS kebanjiran dengan jumlah pasien baru yang terinfeksi.
Seorang ilmuwan senior AS, Anthony Fauci, memperingatkan kemungkinan terjadinya eskalasi selama seminggu ini. “Saya tidak akan mengatakan bahwa kita sudah berhasil mengontrolnya. Ini akan menjadi sebuah pernyataan yang salah,” katanya kepada CBS.
Hampir sebagian negara bagian di AS memberlakukan karantina wilayah, tapi sembilan negara bagian belum mengeluarkan perintah itu. Sementara pemerintah federal menolak menyerahkan mandat ke level nasional.
Sembilan negara bagian yang belum memberlakukan karantina wilayah merupakan produsen dari sebagian besar bahan pangan di AS. Namun, negara-negara bagian itu tetap diminta untuk mengimbau warganya tinggal di rumah selama 7 sampai 10 hari ke depan.
Angka kematian akibat COVID-19 di New York, negara bagian yang paling terdampak wabah ini sudah mencapai 4.159 kasus dari sehari sebelumnya yang tercatat sebanyak 3.565 kasus. Terjadi kenaikan sebanyak 594 kasus kematian dalam 24 jam terakhir.
Jumlah kasus kematian harian itu sudah menurun dibandingkan sehari sebelumnya yang mencapai sebuah rekor dengan angka 630 korban jiwa.
Diprediksikan oleh Gubernur New York, Andrew Cuomo, puncak penyakit ini di New York bisa berlangsung pada minggu depan.
AS telah melaporkan sebanyak 122.031 kasus terkonfirmasi positif, sekitar 10 persen dari jumlah total warga yang terinfeksi di dunia. (Diah Dewi/balipost)