Suasana jalanan yang sepi di San Fransisco pada Senin (6/4). (BP/AFP)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Warga Amerika Serikat diingatkan untuk tidak menyerah melawan virus corona seiring meningkatnya total kematian di negara itu hingga mencapai 10 ribu kasus. AS telah menjadi negara terburuk yang terdampak virus ini, dengan secara pasti menambah jumlah kematian dan jutaan orang kemungkinan menghadapi dampak ekonomi dari pandemi ini.

Dikutip dari AFP, pihak berwenang memulai minggu ini dengan menyatakan komunitas agar bersiap menghadapi periode terburuk dalam krisis ini, seiring belum tercapainya puncak dari wabah ini di AS.

Baca juga:  Dua Pasien COVID-19 Baru Miliki Kontak Erat dengan Kasus 1

Universitas Johns Hopkins yang bermarkas di Baltimore, menyatakan setidaknya sudah ada 356.942 kasus terkonfirmasi dengan total kematian mencapai 10.524 kasus.

Hanya Italia dengan total kematian 15.877 kasus dan Spanyol yang kematiannya mencapai 13.055 kasus yang bisa mengalahkan AS.

Namun ada secercah harapan di episentrum penyakit ini, yakni New York. Meski sudah mengalami total kematian 4.750 kasus dan pasien terjangkit sebanyak 130 ribu kasus, Gubernur New York, Andrew Cuomo, pada Senin (6/4) waktu setempat mengatakan tingkat kematian harian telah melandai selama dua hari terakhir.

Baca juga:  Dari Dukung Bali "Open Border" hingga Relokasi Pedagang Pelataran Pasar Blahbatuh

Negara bagian ini melaporkan kematian harian mencapai 599 kasus, hampir sama dengan kematian harian pada Minggu (5/4) yang mencapai 594 kasus. Turun dibandingkan jumlah kasus kematian harian pada Sabtu yang mencapai 630 jiwa.

Namun, Gubernur memerintahkan sekolah dan bisnis yang tidak penting untuk tetap tutup selama kurang lebih 3 minggu lagi. “Ini (melandainya jumlah kematian harian, red) memberikan harapan namun belum sebuah kesimpulan. Akan merupakan hal yang salah bila merelaksasi terlalu dini aturan ketat yang diterapkan,” sebutnya.

Baca juga:  Dinilai Zona Aman, Anggota DPRD Sebut Ada Upaya Eksodus Besar-besaran ke Bali

“Jika kurva ini mulai menurun, itu dikarenakan tingkat infeksi juga mengalami penurunan. Jika tingkat infeksi turun, ini dikarenakan upaya jaga jarak sosial berhasil,” terangnya.

Pandemi ini telah membunuh setidaknya 75 ribu orang di seluruh dunia sejak kemunculannya di Desember tahun lalu di Tiongkok, sesuai dengan perhitungan AFP dari berbagai sumber resmi.

Sebanyak 9 negara bagian, semuanya dikontrol oleh gubernur dari Partai Republik, belum mengeluarkan kebijakan karantina wilayah total. Kondisi ini membuat frustasi pada ahli kesehatan publik. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN