AMLAPURA, BALIPOST.com – Pelaksanaan puncak serangkaian Tawur Tabuh Gentuh dan Karya Ida Bhatara Turun Kabeh (IBTK) di Pura Penataran Agung Besakih berlangsung lancar pada Selasa (7/4). Meski di tengah wabah COVID-19, puncak karya di Besakih ini dipuput sebanyak 13 sulinggih.
Berdasarkan pantauan, krama yang hendak tangkil untuk melakukan persembahyangan sudah mulai datang sejak pagi hari. Hanya saja, jumlah pemedek yang tangkil tidak terlalu banyak.
Kondisi ini, sangat berbeda dengan tahun lalu. Saat puncak krama yang tangkil cukup ramai.
Sebelum tangkil ke Pura Penataran Agung, krama lebih dulu sembahyang ke pura pedarman masing-masing. Setelah itu, mereka baru sembahyang ke Penataran Agung.
Untuk pelaksanaan upacara puncak IBTK, mulai dilaksanakan sekitar pukul 11.00 WITA. Upacara diawali melakukan persembahyangan bersama. Upacara dipuput 13 sulinggih.
Ketua Panitia, Jro Mangku Widiartha, mengatakan, dalam puncak karya, dilaksanakan upacara muspayang Ida Bhatara Turun Kabeh dan muspayang ida bhatara turun ke peselang. “Upacara pamuspaan dilaksanakan sampai pukul 12.30 Wita. Upacara di Pura Penataran Agung Besakih dipuput 13 sulinggih,” ucapnya.
Widiartha menambahkan, krama yang tangkil untuk melakukan persembahyangan memang jumlahnya tidak terlalu banyak. Kondisi, saat ini jauh berbeda dengan karya tahun lalu. “Kendati jumlah terbatas, tapi tidak mengurangi makna dari pelaksanaan karya. Pelaksanaan upakara tetap berjalan dengan lancar,” katanya.
Dia menegaskan, bagi krama yang hendak tangkil melakukan persembahyangan selama berlangsungnya karya sampai 14 April, kembali diimbau untuk membatasi jumlah. “Rombongan yang tangkil jumlahnya dibatasi yakni hanya 25 orang,” tegas Jro Widiartha.
Lebih lanjut dikatakannya, setelah upacara puncak IBTK, pada Rabu (8/4) katuran penganyar dari Kabupaten Buleleng, Kamis (9/4) penganyar dari Kota Denpasar, Jumat (10/4) penganyar dari Gianyar, Sabtu (11/4) penglemek dari Jembrana, Minggu (12/4) penganyar dari Badung, Senin 13/4) penganyar dari Karangasem, dan Selasa (14/4) saat upacara nyineb penganyar dari Klungkung. (Eka Parananda/balipost)