ISI Denpasar dan KJRI Mumbai menggelar sendratari Lembayung Kurusetra Mahabrata. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sebuah garapan sendratari “Lembayung Kuruksetra Mahabharata” ditampilkan secara virtual Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Sabtu (21/11) malam. Mengambil titik lokasi pementasan di Panggung Terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar, pementasan sendratari ini merupakan kerjasama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Mumbai, India.

“Kami berharap karya ISI Denpasar ini bisa menjadi penghapus dahaga kerinduan wisatawan India terhadap Bali dan Indonesia pada umumnya,”ujar Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar.,M.Hum., Sabtu (21/11).

Dikatakan, India saat ini masih lockdown akibat pandemi Covid-19. Sehingga, sendratari “Lembayung Kuruksetra Mahabharata” diharapkan menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat India dari rumah masing-masing. “India merupakan penyumbang wisatawan terbesar ketiga bagi Bali, sehingga kita tetap lakukan promosi lewat kesenian. Setelah pandemi Covid-19 mereda, kami berharap kunjungan wisatawan India bisa meningkat,” tandas guru besar seni karawitan ISI Denpasar ini.

Baca juga:  Kisah Perjalanan Institut Seni di Ufuk Timur Indonesia Dipentaskan

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar, I Ketut Garwa, S.Sn, M.Sn., mengatakan proses penggarapan sendratari tersebut sudah dimulai sejak 7 Oktober 2020. Semua proses dilakukan di Taman Budaya Bali, Denpasar. Meskipun dilakukan di tengah keterbatasan akibat wabah Covid-19, ISI Denpasar menetapkan standar protokol kesehatan tinggi, karena garapan ini dinikmati masyarakat internasional.

Contohnya, para penabuh yang biasanya 45 orang dikurangi tidak lebih dari 25 orang dengan memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.

Dr. Kadek Suartaya, S.SKar, M.Si., selaku art director menjelaskan, Lembayung Kuruksetra Mahabharata dibagi dalam empat bagian. Pertama, prolog yang menggambarkan ketokohan seorang Bisma.

Baca juga:  Radikalisme, Wabah Penyakit yang Gerogoti Sendi-sendi Pancasila

Bisma adalah salah satu tokoh utama dalam wiracarita Mahabharata, putra dari Prabu Santanu dan Dewi Gangga. Ia juga kakek dari Pandawa maupun Korawa.

Bagian berikutnya dilanjutkan dengan adegan perang antarbala tentara Pandawa versus Korawa, lalu perang Arjuna versus Bisma. Karena ketangguhan Bisma yang berada di pihak Korawa, pasukan Pandwa sempat dibuat kocar-kacir. Yudistira pun patah arang dan tak berdaya.

“Lalu munculah Krisna menguatkan hati Yudistira. Krisna membeberkan bahwa Bisma punya kelemahan yakni Srikandi. Hanya Srikandi yang bisa mengalahkannya. Aku siapkan Srikandi membantu Arjuna untuk melawan Bisma,” ujar Suartaya mengisahkan.

Pertempuran sengit di Medan Kurusetra berlanjut. Hingga pada suatu titik kereta kuda Arjuna yang didampingi Srikandi berhadapan “head to head” dengan kereta Bisma.

Baca juga:  Sendratari "Wreksa Kastuba," Ajarkan Manusia Menyayangi Lingkungan

Melihat kehadiran Srikandi, Bisma kaget dan terlena. “Dosa masa lalu pada Srikandi membuatnya merenung di medan laga. Krisna langsung memerintahkan Srikandi dan Arjuna membentangkan busur panah ke tubuh Bisma. Dalam hitungan detik, tubuh Bisma ditembus ribuan anak panah,”ucapnya.

Pandawa kemudian menghampiri Bisma yang sudah tak berdaya. Bisma berpikir inilah saatnya pulang ke Sunia Loka. Namun ia menunggu waktu yang tepat sembari menyaksikan kehancuran Korawa. “Bisma memilih waktu sore hari kematiannya, saat lembayung atau langit di barat berwarna merah jingga. Inilah ihwal cerita garapan kami,”katanya.

Menurut Suartaya, hikmah yang bisa dipetik dari Lembayung Kuruksetra Mahabharata, sesuai pesan Bisma kepada Pandawa, yakni umat manusia wajib menjaga perdamaian dunia dan hentikan perang saudara apapun alasannya. (Adv/balipost)

BAGIKAN