SINGARAJA, BALIPOST.com – Penyebaran virus HIV/AIDS di Buleleng dalam tahun 2020 ini menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam setahun ini temuan kasusnya kurang dari 200 orang.
Dari temuan kasus itu, sebagian besar merupakan warga Buleleng. Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG, Selasa (1/12), mengatakan, meski terjadi penurunan angka penularan HIV/AIDS di daerahnya, penyuluhan tetap digencarkan.
Ini untuk memberi pengertian kepada masyarakat untuk tidak melakukan diskriminasi kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Selain itu, materi penyuluhan lebih menekankan pada pemahaman penularannya HIV/AIDS melalui hubungan seksual yang tidak sehat, melalui cairan lendir dan juga jarum suntik. “HIV/AIDS ini dapat dicegah dan dikendalikan salah satunya dengan mengadakan sosialisasi ataupun penyuluhan,” katanya.
Menurut Sutjidra, penularan HIV/AIDS di Buleleng sebagian besar usia produktif dengan profesi wiraswasta. Kisaran umurnya 20 hingga 45 tahun.
Upaya penekanan terus dilakukan sehingga target di bawah dua digit angka dapat tercapai setiap bulannya. “Hambatan di sini keterbukaan dari mereka. Banyak yang tidak ingin diekspos, tidak mengaku. Mereka menularkan ke orang lain, itu yang menjadi masalah. Hingga kini relawan-relawan kami tetap mengawasi,” tegasnya.
Wakil Bupati asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan ini menambahkan, untuk ibu hamil akan dilakukan tindakan awal oleh petugas kesehatan ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Yakni berupa Voluntary Counseling and Testing (CVT).
CVT tersebut merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui status HIV. Jika CVT-nya reaktif akan dilakukan perlakuan khusus. Langkah ini sudah lakukan hal tersebut sejak tiga tahun lalu. “Screening dengan tes CVT ini wajib, dan difasilitasi oleh pemerintah,” katanya. (Mudiarta/balipost)