Petugas melakukan pembongkaran kuburan seorang bocah yang diduga dianiaya hingga meninggal. (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Polres Karangasem membongkar kuburan bocah SD, Kadek Sepi di Setra Banjar Adat Linggawana, Desa Kertha Mandala, Kecamatan Abang, Selasa (5/10). Pembongkaran itu dilakukan setelah adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan kematian korban.

Berdasarkan pantauan di lokasi, pembongkaran dimulai sekitar pukul 09.00 WITA oleh tim Inafis Polres Karangasem. Di lokasi pembongkaran dipasangi police line.

Selain petugas dilarang masuk ke areal tersebut. Saat pembongkaran kuburan itu, kedua orangtua korban, yakni I Nengah Kicen dan Ni Nyoman Sutini nampak hadir.

Sejumlah kerabat korban juga turut hadir. Mereka melihat proses pembongkaran yang dilakukan oleh petugas.

Sepupu korban, I Ketut Eka Putra, mengungkapkan, dirinya melaporkan hal ini ke pihak kepolisian karena melihat kejanggalan dengan kematian korban. Pasalnya, saat proses memandikan jenazah korban di bagian telinga kanan terdapat lebam, bahu kiri mengalami luka lecet, dan leher seperti patah. “Itu yang membuat saya melaporkan hal ini ke pihak kepolisian. Saat melapor ke Polres, saya didampingi oleh Ketua KPPA Karangasem, Ni Nyoman Suparni,” ucapnya.

Baca juga:  Puncak IBTK, Gubernur Koster Doakan Jagad dan Krama Bali Rahayu

Sementara itu, ayah korban, I Nengah Kicen, mengatakan, sebelum anaknya meninggal sempat bermain dengan adiknya di teras rumah. Dan saat bermain itulah anaknya jatuh ke lantai. “Setelah jatuh anak saya langsung kejang-kejang dan mencret,” jelasnya.

Kicen, menambahkan, sekitar pukul 17.00 WITA, dirinya pergi ke paranormal untuk mencarikan obat untuk anaknya, tapi setelah sampai di paranormal anaknya sudah meninggal. “Setelah itu saya balik ke rumah,” katanya.

Baca juga:  Mengaku Dianiaya, Karyawan Hotel Lapor ke Polresta

Ia mengatakan dirinya tidak mendorong, apalagi memukul korban.

Sementara itu, Ketua Kelompok Peduli Perempuan dan Anak) KPPA Karangasem, I Nyoman Suparni mengatakan, dengan otopsi diharap dapat diketahui penyebab kematian korban. “Kita hanya ingin secara pasti apakah korban meninggal benar karena jatuh, atau ada unsur kesengajaan. Itu yang kami harapkan agar jelas diketetahui penyebab kematiannya,” jelasnya.

Sedangkan, Dokter Forensik Polda Bali, Dodo Trestiadi, menjelaskan, proses otopsi mulai dilakukan sekitar pukul 10.30 WITA. Pemeriksaaan dilakukan kurang lebih sekitar dua jam dengan jumlah personil tujuh orang. “Kita lakukan pemeriksaan ke semua bagian tubuh untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Sementara untuk hasilnya belum, secepatnya akan disampaikan,” katanya.

Baca juga:  Polda Bali Diminta Awasi Penerbitan Sertifikat di Hutan Mangrove

Wakapolres Karangasem, AKBP Dewa Anom Danujaya, mengatakan, pembongkaran kuburan ini dilakukan untuk melakukan otopsi setelah menerima laporan dari pihak keluarga korban terkait kejanggalan dengan kematian korban. “Laporan ini yang kami tindak lanjuti dengan melakukan otopsi jenazah korban. Untuk hasil akan disampaikan nanti bisa sudah keluar,” jelasnya.

Sebelumnya, pelajar kelas VI SD itu meninggal pada Selasa 21 September 2021. Pengakuan orangtua korban yang mengatakan anaknya jatuh dan diare dinilai janggal oleh kerabatnya. Sebab, saat jenazah korban dimandikan untuk dikubur di setra adat setempat, Kamis 23 September 2021 sekitar pukul 06.00 WITA, terdapat luka lebam di bagian dada. Juga ada luka lecet dan leher korban seperti patah. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN