Presiden memberikan keterangan pers, Jumat (8/10). Bupati Badung Giri Prasta (kanan belakang) ikut mendampingi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali rencananya akan dibuka untuk wisatawan mancanegara pada 14 Oktober. Terkait ini, Presiden Joko Widodo dalam rapat koordinasi dengan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) se-Bali, mengatakan hal itu masih terus dirapatkan.

Presiden tidak ingin Bali seperti negara-negara lain yang mengalami lonjakan kasus COVID-19, meskipun angka vaksinasi sangat baik. “Kalau posisi di Bali, tadi sudah disampaikan oleh Pak Gub (Wayan Koster), saya kira berani dan saya putuskan berani travel bubble dengan nanti negara-negara yang kemarin sudah kita lihat, China, Korea Selatan, Jepang, Uni Emirate Arab, dan nanti secara teknis akan disampaikan oleh Pak Gubernur dengan Pak Menko (Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan). Tapi intinya kita terus menyiapkan infrastrukturnya, kebutuhan kesehatannya, dan tanggal 14 itu betul-betul telah siap dibuka,” tandas Jokowi, Jumat (8/10).

Baca juga:  Enam Kabupaten Catatkan Tambahan 1 Digit Kasus COVID-19

Presiden Jokowi mengaku prihatin terkait tingkat hunian kamar hotel di Bali yang sangat rendah. Bahkan, okupansi kamar hotel di Bali selama pandemi COVID-19 tidak pernah menyentuh 20 persen.

Begitu juga dengan kunjungan Wisman sangat anjlok mencapai 97 persen selama PPKM. Sementara wisatawan Nusantara anjlok 27 persen.

Oleh karena itu, kata Jokowi, rencana pembukaan pintu pariwisata Bali untuk Wisman pada 14 Oktober 2021 jangan sampai gagal. Semua stakeholder harus bersinergi untuk menyukseskan rencana tersebut. “Kita harapkan nantinya setelah tanggal 14 Oktober dibuka, yang paling penting dilakukan adalah testing dan tracingnya betul-betul dikerjakan secara maksimal,” tegas Jokowi.

Presiden Jokowi mengakui bahwa perkembangan kasus aktif di Bali telah mengalami penurunan yang drastis, yaitu turun 95 persen dari puncak kasus harian yang pernah dialami Bali. Begitu juga kasus aktif dari 13.800 kasus, turun menjadi 600 kasus.

Baca juga:  Sempat Hilang Sehari, Pelajar Ini Ditemukan di Dekat Kuburan Keramat

Presiden meminta agar kasus aktif ini terus ditekan, sehingga hilang dari Provinsi Bali. “Jadi pertahankan kasus serendah mungkin dalam waktu yang lama, terus tekan terus, saya lihat semuanya tidak ada yang merah, semuanya baik, tetapi ini harus ada konsistensi,” pinta Jokowi.

Presiden Jokowi mencontohkan penyebaran kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Dikatakan, sejak akhir Juni 2021 gelombang keempat menghantam negara Adidaya ini. Dari 11 ribu kasus harian, meningkat menjadi 177 ribu kasus.
Namun, per 7 Oktober 2021 telah turun menjadi 107 ribu kasus. Dan angka ini masih tinggi. “Meskipun kasusnya sudah landai, seperti yang disampaikan Pak Gubernur, tetap harus hati-hati. Kasus di Amerika Serikat menunjukkan seperti itu, kasus di India dulu melandai kena varian Delta juga sampai ke 414 ribu kasus. Pengalaman-pengalaman negara lain ini harus bisa kita jadikan kaca untuk pengalaman kita bahwa displin protokol kesehatan itu sangat menekan angka penyebaran COVID-19,” tegas Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi juga menegaskan bahwa dalam menghadapi varian Delta COVID-19 vaksinasi juga sangat penting. Sebab, vaksinasi dapat mengurangi tingkat kematian akibat COVID-19. Jokowi mengakui bahwa vaksinasi di Bali sudah sangat baik. Sehingga, dapat mengurangi kematian.
Presiden juga meminta kepada seluruh Bupati/Wali Kota se-Bali bersama Kapolres dan Damdim agar terus mengecek ketersediaan obat di rumah sakit wilayah masing-masing. Begitu juga dengan ketersediaan oksigen.

Baca juga:  Dipanggil Satpol PP, Oknum Penari dan Pemangku Ngibing Joged Jaruh Tandatangani Pernyataan

Namun, Jokowi mengakui bahwa ketersediaan obat dan oksigen di Bali sangat baik, karena kasusnya mengalami penurunan. Sehingga sedikit yang membutuhkan obat COVID-19 dan oksigen. (Winatha/balipost)

BAGIKAN