JAYAPURA, BALIPOST.com – Pesilat Kadek Wahyu Rihartana menyumbangkan emas, usai menaklukan lawannya Igi Rangga Barani (Jabar), di kelas G, pada final, di GOR Toware, Jayapura, Selasa (12/10). Sejak ronde pertama, Wahyu tampil tenang namun agresif, dan berkali-kali mampu menangkis serangan lawan baik tendangan maupun pukulan.
Sebaliknya, serangan balasan bertubi-tubi justru membuahkan hasil. Dengan demikian, tim silat PON Bali membawa pulang 1 emas, 2 perak, dan 6 perunggu
Sayangnya, sukses Wahyu tidak diikuti pesilat Komang Harik Adi Putra, yang harus mengakui ketangguhan lawannya Paksi Grifahri (Jabar), di kelas E, pada fina PON XX Papua 2021. Harik peraih emas Asian Games dan juara dunia, seakan tidak bisa menerima kekalahan yanag menyakitkan. “Saya bertemu Paksi sudah lima kali, dan baru kali ini, dinyatakan kalah” keluhnya.
Ke depan, Harik tIdak tahu apakah cabor silat khususnya kelas E, bakal dipertandingkan, pada SEA Games Vietnam 2022. “Kalau saya diadu lagi melawan Paksi untuk menghuni seleknas SEA Games, saya sangat siap,” ucapnya.
Pelatih laga PON Bali Gusti Made Semarajaya, mengakui, beberapa kali pukulan dan tendangan murni tepat mengenai sasaran, tetapi tidak masuk poin. “Saya protes tak digubris, malah diabaikan,” tegasnya.
Bahkan, Gusti Semarajaya, menandaskan, pesilat ganda putra (Putu Anom Wiraguna/Kadek Nyeneng Jaya Wiguna), dan ganda putri (Putu Cincin Cindra Dewi/Ni Made Mega Sri Wahyuni), layak dan seyogianya menyabet emas.
Manajer Tim PON I Bagus Jagra Wibawa juga menilai, ganda putri meraup poin tertinggi 563, kemudian mendadak digeser pesilat tuan rumah Papua. “Padahal, kami optimis bakal mendulang emas,” ucapnya.
Terkait penampilan Harik, Bagus Jagra mengomentari, pesilat Bali tampil maksimal. Beberapa kali pukulan dan tendangannya murni masuk, tetapi justru lawan yang mendapat tambahan poin. “Kami dikerjain habis-habisan, walaupun memakai sistem penilaian digital, tetapi yang memencet tombol kan manusia biasa,” paparnya.
Bagus Jagra mepersilakan insan silat termasuk wasit dan juri yang mengerti silat, menilainya secara objektif, fair-play, dan jujur. (Daniel Fajry/balipost)