Suasana di Pantai Kuta, yang merupakan salah satu ikon pariwisata Bali mengalami penurunan jumlah kunjungan di tengah pandemi COVID-19. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Mulai Kamis (14/10) penerbangan internasional dibuka bagi Bali. Kebijakan ini memberi harapan bagi bangkitnya pariwisata dan ekonomi Bali.

Pariwisata Bali mesti didesain agar lebih optimal memberi nilai manfaat langsung bagi krama Bali. Misalnya, ada kontribusi untuk pelestarian budaya dan lingkungan, produk pertanian masuk hotel, hasil UMKM dibeli, dan lainnya.

Direktur Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Bali, Drs. Ida Bagus Putu Puja M.Kes., menekankan pentingnya pelaku pariwisata dalam menerapkan protokol Kesehatan terutama Clean Healthy Safe environment (CHSE) termasuk wisatawan agar selalu taat prokes. Tak hanya itu, kolaborasi, sinergi antar stakeholder atau pelaku pariwisata, agar diperkuat. “Tahapan pembukaan pariwisata ini harus dilakukan secara berkala, dengan memperhatikan hasil evaluasi,” tegasnya, Rabu (13/10).

Baca juga:  Atur Wisman di Bali, Gubernur Koster Keluarkan SE Nomor 04 Tahun 2023

Dengan bangkitnya pariwisata Bali harus dibarengi dengan penguatan budaya serta nilai-nilai kearifan lokal. Dia berharap harus ada kontribusi dukungan keberpihakan pada budaya maupun kearifan lokal, dalam rangka mempertahankannya, sehingga hal itu bisa berkelanjutan. “Kalau tidak dibarengi dengan pelestarian budaya dan lingkungan, kita akan memerlukan biaya pemulihan yang lebih tinggi. Bahkan tidak dapat dikembalikan secepat mungkin,” ucapnya.

Ketua Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Bali (PNB), Prof. Ni Made Ernawati MATM, Ph.D., menyampaikan, dengan dibukanya penerbangan internasional, Bali tak boleh melupakan wisatawan domestik (wisdom). Mengingat posisi wisatawan mancanegara (wisman) dan wisdom itu sebenarnya sama.

Baca juga:  Sky Train Bandara Soekarno-Hatta Tuntas Akhir Desember 2017

Masyarakat Bali harus lebih banyak mendapat nilai manfaat dari kedatangan kedua wisatawan ini. Caranya ajak mereka berbelanja lebih banyak ke pedagang dan UMKM Bali.

Ke depan bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisatawan, seperti sektor pertanian yang jelas-jelas memberi dampak langsung bagi warga Bali. Makanya pertanian Bali harus well developed atau berkembang dengan baik.

Dia setuju pariwisata maju, kalau kearifan lokal ini kuat, demikian sebaliknya. Untuk itu semua komponen yang ada di lokal destinasi itu harus diberdayakan dan ditata dengan baik.

Akademisi bidang pariwisata, Dr. I Made Sudjana, S.E., M.M., CHT., CHA., mengakui selama ini pariwisata Bali dinikmati oleh pemodal besar. Namun, berkat mereka, pariwisata Bali berkembang pesat, sehingga menjadi berkah bagi masyarakat Bali dan pemerintah pada umumnya. Tinggal bagaimana produk-produk pertanian Bali juga diserap di hotel.

Baca juga:  Tambahan Korban Jiwa COVID-19 Bali Lebih Banyak dari Sehari Sebelumnya

Begitu juga dengan produk-produk UMKM masyarakat Bali memiliki nilai jual tinggi. Sebab, wisatawan yang datang ke Bali pasti melakukan kunjungan ke objek-objek wisata. “Buat pariwisata itu berdampak langsung kepada masyarakat. Penjual sayur dapat, penjual daging dapat, penjual ikan dapat, begitu juga dengan suvenir hasil kerajinan masyarakat Bali laku terjual dibeli oleh wisatawan,” tandas Rektor Institut Pariwisata dan Bisnis (IPB) Internasional ini. (Yudi Karnaedi/Winatha/balipost)

BAGIKAN