SINGARAJA, BALIPOST.com – Kopi robusta dan arabika merupakan komoditas andalan Kabupaten Buleleng. Komoditas ini mampu menggerakan perekonomian petani di Bali Utara.
Sadar dengan kondisi itu, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terus menempuh berbagai cara untuk meningkatkan harga jual, sehingga usaha tani tersebut mampu memberi keuntungan yang lebih optimal. Salah satu cara yang ditempuh, Buleleng menggelar bimbingan teknis (Bimtek) budidaya dan pascapanen kopi belum lama ini.
Bimtek diselenggarakan oleh Direktorat Jendral (Ditjen) Perkebunan Kementrian Pertanian (Kementan) RI. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS), mengatakan bimtek ini merupakan hal yang sangat penting bagi para petani kopi.
Selain mendapat pengetahuan, petani juga memanfaatkan bimtek sebagai media bertukar pikiran tentang budidaya sampai tahap pascapanen. “Ini sangat penting untuk kita karena sudah pasti ada nilai tambahnya,” katanya.
Menurut bupati, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong para petani kopi di Buleleng. Tidak hanya menambah pengetahuan petani, pihaknya mengupayakan solusi lain untuk meningkatkan kualitas produksi kopi itu sendiri.
Dengan cara itu, peningkatan harga jual kopi meningkat dan dengan sendiri akan memberi keuntungan bagi petani itu sendiri. “Pascapanen akan kita upayakan dengan mencari bantuan untuk pengolahannya. Tentunya untuk meningkatkan harga kopi dan petani punya kreativitas untuk menjual serta membuat jenis rasa,” tegasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng Made Sumiarta mengatakan, sejauh ini pihaknya telah menyiapkan strategi pengembangan kopi secara holistik. Tanaman kopi akan digarap dari hulu sampai hilir. Mulai dari pembudidayaan sampai pasca panen.
Menurutnya, penanganan ini sangat cocok diterapkan di Buleleng dengan predikat penghasil kopi robusta terbesar di Bali. Dengan membuat kawasan kopi, diharapkan kopi Buleleng akan memiliki identitas tersendiri.
Sehingga akan dengan mudah dijangkau oleh masyarakat luas. “Paling besar adalah Kopi robusta dan orang mencari kopi sudah banyak datang ke Buleleng,” katanya.
Lebih lanjut, Sumiarta menjelaskan 76 persen lahan kopi robusta terdapat di Kecamatan Busungbiu. Namun, permasalahan yang saat ini dihadapi petani adalah pasca panen, yaitu pada penjualan.
Distan Buleleng telah menyiapkan solusi, yakni integrasi antar sektor. Serta yang terpenting, adalah menciptakan koperasi-koperasi tani. Sehingga harga kopi yang akan dijual oleh petani tidak lagi ditentukan oleh pengepul. Sehingga petani kopi punya bargaining power. (Mudiarta/balipost)