DENPASAR, BALIPOST.com – Penerbangan Internasional ke Bali sudah dibuka untuk 19 negara. Dalam menyambut wisatawan mancanegara (wisman) yang bukan pasar tradisional Bali selama ini, perlu dilakukan sejumlah penyesuaian oleh pelaku pariwisata. Demikian dikemukakan Pengamat Pariwisata, I Made Sudjana, belum lama ini.
Rektor Institut Pariwisata dan Bisnis (IPB) Internasional ini mengatakan, dalam kondisi sekarang memang banyak orang ingin berwisata meski pendapatan berkurang. Ia menilai pelaku pariwisata perlu menyesuaikan harga-harga, disesuaikan dengan kondisi ekonomi negara pasar dan pendapatan calon traveler.
Dalam menyambut pembukaan border ini, diperlukan juga kolaborasi fasilitas pendukung kepariwisataan. “Memang kita harus siap dan sebenarnya kita sudah siap dari dulu tapi sekarang harapan wisatawan sedikit berbeda dengan harapan wisatawan masa lalu,” ungkapnya.
Industri pariwisata perlu memperhatikan kebutuhan dasar, kenyamanan, perlindungan akibat pandemi ini, sehingga semua hal itu bisa menimbulkan kepercayaan wisatawan. Empat elemen pariwisata; aksesibilitas (accessibility), amenitas (amenity), atraksi (attraction), dan fasilitas pendukung (ancillary) harus disesuaikan dengan kondisi COVID-19.
Ia menyebut ke depan tren wisatawan, adalah nature tourism, eco tourism, wellness tourism dan adventure tourism. Terbukti dari arah pengembangan pariwisata oleh pemerintah yaitu mengarah pada wisata perdesan karena dampaknya dapat dirasakan langsung masyarakat desa.
Meski pandemi melanda, wisatawan masih tetap percaya terhadap pengembangan wisata berbasis budaya, tradisi, alam dan menurutnya potensi ini cukup besar. Bali juga memiliki peluang untuk menunjukkan keotentikan dan orisinalitas destinasi yaitu alam dan keramahan penduduknya.
Meski banyaknya kompetisi destinasi, ia yakin Bali dengan pariwisata budayanya masih bisa unggul. Terlebih, Bali pun memiliki predikat yang tak perlu diragukan lagi.
Tantangannya, pelaku pariwisata di Bali sudah sangat nyaman dengan pencapaian sebelum pandemi. Untuk itu, mindset pelaku pariwisata harus dirombak dengan mulai membangun kembali dari nol, perlahan-lahan dengan kondisi yang ada sekarang. (Citta Maya/balipost)