Sejumlah wisatawan mengunjungi Sanur, Senin (18/10). Kunjungan wisatawan ke Bali sudah mulai meningkat sejak pembukaan kembali setelah 1,5 tahun ditutup karena pandemi COVID-19. (BP/Hendri Febriyanto)

DENPASAR, BALIPOST.com – Berdasarkan hasil survei dari Bank Indonesia indikator ekonomi Bali tak kunjung membaik atau kristis dengan adanya PPKM sejak Juli 2021. Pemulihan pariwisata dinilai berjalan lambat karena pada triwulan III 2021 hanya ditopang oleh wisatawan nusantara.

Deputi Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali Rizki E. Wimanda, belum lama ini mengatakan, meskipun triwulan II 2021 pertumbuhan ekonomi Bali tumbuh positif, ia berharap pelaku ekonomi di Bali tidak langsung gembira. Sebab, pertumbuhan tersebut akibat dari perbandingan tahun sebelumnya yang turun tajam.

Kedatangan wisatawan internasional nol pada triwulan III 2021 begitu juga dengan kedatangan wisnus lebih rendah dibandingkan triwulan II 2021. “Jadi beberapa indikator pada triwulan III memang menunjukkan penurunan misalnya SKDU pada triwulan III semua angkanya merah termasuk sektor akmamin, pertanian, konstruksi, perdagangan,” ujarnya.

Baca juga:  Terancam Imbas Resesi Global, Pemulihan Pariwisata Bali Perlu Waktu Panjang

Selain itu kapasitas usaha juga mengalami penurunan, perkembangan tenaga kerja juga drop dibandingkan kwartal II 2021. Investasi pun mengalami penurunan. “Jika dilihat penjualan domestik secara umum pada triwulan III 2021 terjadi penurunan, terutama pada akmamin, perdagangan, pertanian. Namun khusus transportasi sedikit mengalami peningkatan. Penjualan ekspor juga demikian,” imbuhnya.

Berdasarkan hasil survei konsumen bulan 7, 8, 9 memang menunjukkan tren naik. Namun jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya, level konsumsi masyarakat di 2021 lebih rendah.

Data ini didapat dari indikator penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Dari hasil survei penjualan eceran (SPE) triwulan III 2021 menunjukkan angka negatif secara qtq maupun secara yoy.

Dampak PPKM terberat dirasakan pengecer meskipun survei juga dilakukan pada distributor. Pengecer mengalami penurunan penjualan drastis selama PPKM darurat. Penjualan kebutuhan pokok dari beras sampai daging sapi mengalami penurunan penjualan, kecuali bawang putih justru mengalami peningkatan.

Baca juga:  2019, Dampak IMF-WB AM Masih Berlanjut

Pada akhir September hingga awal Oktober 2021, kunjungan wisatawan yang datang lewat udara maupun darat yaitu Pelabuhan Gilimanuk, tertinggi dari Jakarta dan Jawa Timur. Sedangkan kedatangan lewat pelabuhan, tertinggi dari Jawa Timur, kedua Jakarta.

Pengeluaran rata-rata atau spending akmamin wisatawan tersebut, di luar tiket yang paling banyak adalah untuk akomodasi sebesar Rp 1,5 juta, kedua untuk makan dan minum sebesar Rp 1,2 juta dan paling rendah untuk health and beauty.

Secara total, pengeluaran wisatawan nusantara terbesar ada pada kisaran Rp 5 juta sampai Rp 10 juta, persentase spending terbesar kedua berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp 5 juta. Lama tinggal di bawah 5 hari dan lama tinggal tertinggi yaitu 3 hari, hanya 38 persen wisnus yang tinggu 4-5 hari.

Baca juga:  Bupati Suwirta Ajak Semua Pihak Jaga Stabilitas Pariwisata Nusa Penida

Dari sisi tempat menginap, mereka lebih banyak tinggal di hotel bintang 3 ke bawah sebesar 42 persen, bintang 4 ke atas sebesar 23 persen. Lokasi tempat menginap sebesar 55 persen di Badung.

Kepala BI KPw Bali Trisno Nugroho mengatakan, di masa penuh denpan ketidakpastian, terutama dalam pandemi COVID-19 seperti saat ini, peran data dan informasi, terutama melalui survei menjadi hal yang penting. Data dan informasi tersebut berperan sebagai leading indikator penyusunan perkiraan perkembangan perekonomian ke depan yang pada akhirnya bermuara untuk menentukan arah kebijakan perekonomian nasional. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN