SEMARAPURA, BALIPOST.com – Seluruh aktivitas warga di perairan Kusamba dihentikan selama satu hari, Kamis (21/10). Tidak hanya aktivitas nelayan, tetapi juga aktivitas pada penyeberangan seluruh pelabuhan rakyat di Kusamba juga dihentikan.
Ini sudah menjadi tradisi warga setempat yang digelar setiap tahun, sehari setelah Purnama Kelima. Warga melakukan Nyepi Segara.
Petugas pecalang dari beberapa desa adat setempat, juga nampak berjaga-jaga untuk mengamankan pelaksanaan ritual itu berlangsung aman dan tertib. Nyepi Segara sudah berlangsung sejak pukul 06.00 WITA.
Salah satu pecalang yang ditemui di lokasi, A.A Raka, mengatakan tradisi Nyepi Segara sebagai upaya warga setempat menetralkan kembali Perairan Kusamba. Ini juga sebagai bentuk penghormatan warga setempat dalam menyeimbangkan alam, memberikan kesempatan laut untuk kembali tenang dan sebagai wujud syukur warga.
Sebab, sudah memberikan anugerah potensi laut. Sehingga warga, bisa memperoleh rejeki yang berlimpah. “Seluruh aktivitas laut dihentikan selama satu hari. Jangankan melaut dan penyeberangan. Mandi pun dilarang sementara,” katanya.
Salah satu petugas penyeberangan di Pelabuhan Penyeberangan Rakyat Kusamba, Wayan Sukarjana, mengatakan dalam rangka Nyepi Segara ini, petugas sudah mengumumkan kepada calon penumpang agar tidak melalui Pelabuhan Rakyat Kusamba. Warga bisa melakukan penyeberangan ke Nusa Penida melalui Pelabuhan Padangbai, Karangasem, atau bisa juga melalui Pelabuhan Tradisional di Sanur.
Meski sudah diumumkan sejak sebelumnya, tetap saja ada yang datang ke Pelabuhan Rakyat Kusamba, karena mengaku tidak tahu ada pelaksanaan tradisi Nyepi Segara. “Kami sudah umumkan lewat pengeras suara. Ada juga melalui media online. Penyeberangan baru akan normal lagi Jumat pagi,” tegasnya.
Bendesa Adat Tri Buwana yang juga mewilayahi Perairan Kusamba, I Gusti Lanang Putra Wijaya, sebelumnya mengatakan Nyepi Segara ini sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan alam terutama di laut. Karena laut sebagai sumber penghidupan manusia.
Selain itu juga sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada Dewa Baruna, atas karunia yang melimpah diberikan kepada warga yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan. (Bagiarta/balipost)