DENPASAR, BALIPOST.com – Toko souvenir tutup karena hantaman pandemi. Pabrik panganan oleh-oleh khas berhenti operasi karena pesanan anjlok diterpa badai virus Corona. Kenyataan pahit itu dialami para pelaku UMKM di Bali saat awal pandemi COVID-19 yang meluluhlantakan sektor pariwisata sebagai andalan perekonomian Pulau Dewata.
Tapi, yang namanya pelaku usaha, pantang menyerah kalah sebelum mencoba. Selalu ada jalan untuk bangkit.
Seperti Jimmy Aman. Pelaku UMKM ini sudah 20 tahun berjualan oleh-oleh di Bali. “Semua toko saat itu tutup karena dihantam pandemi. Sebab, lokasi toko saya kebanyakan di obyek wisata yang mengandalkan turis,” ujarnya mengenang perjuangan menghadapi kenyataan di awal pandemi mendera Bali.
Ia pun memilih strategi pindah ke toko online. Awalnya hanya ingin menghabiskan stok di toko fisiknya. “Waktu itu sudah buntu lah jalannya karena sudah tidak ada lagi turis asing dan lokal. Kebetulan saya juga sering belanja online sehingga mencoba jualan di Tokopedia,” ungkapnya dalam pertemuan virtual belum lama ini.
Aman mengaku kaget karena produknya laku dan kini bisa mempertahankan bisnisnya. Bahkan, suplier juga sudah bisa diaktifkan berproduksi, sehingga multiplier effect-nya lebih besar.
Toko online membuatnya bisa tetap berjualan dan kini lebih banyak melayani pasar domestik. “Paling jauh menjual itu sampai Papua,” cetus pria yang memiliki usaha Leolle Bali ini.
Wisatawan nusantara yang sedang liburan di Bali namun tidak bisa langsung berkunjung ke tokonya karena pembatasan, juga biasa memesan lewat toko online. Mereka menggunakan jasa antar online, GoSend, agar oleh-oleh bisa segera diterima.
Pengalaman pahit berhenti produksi dan menutup pabrik juga dialami oleh-oleh khas Bali, Pie Susu Asli Enaaak. Menurut Manajer Operasi dan Marketing Pie Susu Asli Enaaak, Avilia Erni Riandani, perusahaan yang berproduksi sejak 1989 ini ekspansi ke platform digital setelah pandemi melanda.
Di 2020, sebelum pandemi melanda, kata Avilia, terdapat 5 outlet dan 3 pabrik yang dioperasikan. Karyawan sekitar 200 orang.
Namun, pada Maret 2020, seluruh operasional berhenti karena imbauan pemerintah untuk membatasi aktivitas mencegah penyebaran COVID-19. Karena tutup, bahan baku pembuatan pie susu dibagikan ke karyawan agar mereka bisa bertahan.
Setelah 4 bulan, 1 pabrik dan outlet dioperasikan lagi. Namun, kembali beroperasinya pabrik dan pembukaan outlet tidak serta merta membuat penjualan normal seperti sebelum pandemi. Volume transaksi menurun drastis karena wisatawan tak ada.
Berjualan online dan membuat variasi produk pun dijadikan solusinya. Produk ini merambah marketplace, mengandalkan jasa antar online, dan menerima pembayaran digital. “Sampai hari ini kita masih bisa beroperasi,” jelasnya.
Ia mengakui digitalisasi dengan beragam promo yang ditawarkan membantu mendongkrak penjualan. “Rata-rata yang belanja itu kan ibu-ibu, jadi mereka suka jika ada promo. Perusahaan juga lebih mudah karena mengurangi penerimaan uang tunai sebab bayarnya digital,” sebutnya.
Kisah inspiratif lainnya yang mencoba bangkit bersama di tengah pandemi diungkapkan Dodi Sandra. Mitra Juara Gojek 2020 dengan kategori GoFood ini mengaku menjadi mitra Gojek sejak 2017 sebelum akhirnya memperoleh pelatihan GoWirausaha di 2019.
Ia pun memutuskan membuka usaha kuliner bersama istrinya. Beralih sebagai mitra GoFood, ia berjualan empek-empek.
Baru 3 bulan berjualan, pandemi pun melanda. Orderan sepi karena pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah. Namun, Dodi mengaku tak putus asa.
“Saya justru teringat dengan rekan-rekan seperjuangan di Gojek. Dari situ, saya berpikir untuk sedikit berbagi ke mereka. Menyediakan kopi dan cemilan gratis sepuasnya. Dan terkadang juga, menyediakan nasi kotak bagi mitra driver yang mengambil orderan GoFood,” ungkapnya.
Ia juga tergerak membagi masker gratis ke mitra driver. Sebab, jika mitra driver sehat, pelanggan juga merasa aman. “Keajaiban itu akhirnya menemukan tempatnya. Semakin banyak kita memberi, semakin banyak kita menerima. Orderan malah semakin meningkat. Alhamdulillah, sekarang saya memiliki 3 outlet GoFood. Sampai saya bisa mempekerjakan 4 orang tetangga untuk bantu-bantu produksi,” katanya.
Bangkit Bersama
Mengutip data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, masa pandemi memukul UMKM. Terutama yang bergerak di bidang kuliner (43,09 persen), jasa (26,02%) dan fashion (13,01%). Untuk dapat terus bertahan, 42 persen UMKM menggunakan platform digital dan media sosial saat pandemi.
Tercatat, 6,5 juta pelaku UMKM beralih ke ekosistem digital sejak Juni 2020 sampai Juni 2021. Angka itu meningkat signifikan dibandingkan jumlah yang masuk ke ekosistem digital selama 10 tahun sejak marketplace hadir di Tanah Air, yakni 8 juta UMKM.
CEO dan Founder Tokopedia, William Tanuwijaya mengungkapkan di masa pandemi, pihaknya melihat UMKM tak menyerah pada keadaan dan berani go-digital. Ada lebih dari 4 juta mitra baru yang bergabung di ekosistem GoTo (Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial), dan 86 persen diantaranya pengusaha baru.
“Pendekatan yang kami lakukan sangat hyperlocal, terutama dalam hal menghubungkan pengusaha lokal dengan konsumen setempat supaya lebih banyak pengusaha daerah bisa go-digital. Solusi yang kami hadirkan selalu didasari atas semangat mengatasi permasalahan di daerah sehingga UMKM lokal selalu bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkapnya saat peluncuran program #BangkitBersama berlangsung di Solo Technopark, Surakarta, 30 September 2021 dipantau dari aplikasi Zoom.
CEO Grup GoTo dan CEO GoTo Financial, Andre Sulistyo menambahkan dengan semangat kolaborasi dan resiliensi, GoTo berusaha berkontribusi dalam pemulihan ekonomi dan berupaya bangkit bersama. “Kami lihat digitalisasi punya peran penting mengubah usaha offline yang tidak bisa buka karena pandemi bisa dijembatani. GoTo ingin terus berkontribusi supaya UMKM bisa tetap berjualan, bisa membantu operasional dan pengelolaan. Inisiatif Bangkit Bersama kami susun supaya juga fokus di daerah agar lebih banyak UMKM bisa masuk ke ekosistem,” tegasnya.
Khusus di Gojek, Chief Food Officer Gojek Group, Catherine Hindra Sutjahyo, mengungkapkan di GoFood sebanyak 43 persen UMKM yang bergabung merupakan pengusaha pemula. Sebanyak 250 ribu kuliner baru go online di GoFood saat pandemi 2020.
“Ini menjadi perhatian tersendiri bagi GoFood untuk dapat berperan aktif mendorong UMKM go online dan bertahan di tengah masa pandemi. Walaupun sudah berhasil pivot ke platform online, UMKM kuliner masih menghadapi tantangan memastikan keberlanjutan bisnis,” jelasnya.
Edukasi dan pengembangan kapasitas dilakukan melalui Komunitas Partner GoFood (KOMPAG). Pelaku UMKM kuliner bisa meningkatkan keterampilan, berkolaborasi, dan berjejaring agar mampu bersaing di tengah kompetisi bisnis yang makin ketat.
KOMPAG yang merupakan pionir wadah komunitas UMKM kuliner di industri digital itu bertumbuh jadi wadah terbesar. Angggotanya setelah 2 tahun berdiri lebih dari 107 ribu UMKM kuliner dari 70 kota di Indonesia. “Berkat kegigihan mitra UMKM serta dukungan GoFood, rata-rata pendapatan bulanan mitra UMKM kuliner yang bergabung di masa pandemi hingga kini (Q2 2020 – Q3 2021) meningkat hingga 7 kali lipat,” ungkap Catherine.
Kontribusi Gojek
Berdasarkan riset terbaru Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), ekosistem gojek dan GoTo Financial diperkirakan berkontribusi 1,6 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia atau sekitar Rp 249 triliun di 2021. Jumlah tersebut meningkat 60 persen dibandingkan 2019-2020.
Kepala LD FEB UI, Turro S. Wongkaren, dalam webinar “Dampak Ekosistem Gojek terhadap Perekonomian Indonesia 2021: Mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional,” Kamis (21/10), menyebut kontribusi itu sekitar sepertiga dari APBN yang dialokasikan ke pemulihan ekonomi nasional. “Keseluruhan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang dialokasikan untuk pemulihan ekonomi nasional sekitar Rp 700 triliun, jadi ada gambaran ini setidaknya sepertiga dari APBN,” katanya.
Sementara itu, Peneliti LD FEB UI Dr. Alfindra Primaldhi mengatakan ekosistem Gojek membantu mitra tetap tumbuh. Pertama, peningkatan pendapatan mempercepat pemulihan di tahun kedua pandemi.
Pendapatan Mitra UMKM GoFood rata-rata naik 66 persen pada 2021 dibandingkan 2020. Sementara mitra pengemudi GoCar dan GoRide mengalami peningkatan pendapatan di 2021 sebesar 24 persen dan 18 persen dibandingkan 2020.
Kedua, dari sisi optimisme terhadap platform daring sebagai tempat mencari nafkah, hampir seluruh mitra memprioritaskan fleksibilitas waktu dalam kemitraan dengan Gojek. Mayoritas atau 80 persen mitra UMKM dan pengemudi semakin optimis terhadap tren pertumbuhan layanan daring pascapandemi. Mereka ingin terus bermitra dengan Gojek ke depannya.
Ketiga, keandalan ekosistem dan solusi Gojek membantu UMKM dan pengusaha pemula terus tumbuh di tengah pandemi. Jumlah pengusaha pemula yang memanfaatkan GoFood meningkat selama masa pandemi (47 persen), dibanding periode sebelumnya (31 persen). “Ketika ada economy shock, orang-orang bertahan mencari penghasilan baru, justru mereka berani ambil loncatan untuk membuat usaha secara digital. Keberadaan ekosistem ini jadi relief dari economy shock, banyak orang tanpa pengalaman bisnis berani memulai usaha dalam ekosistem digital,” paparnya.
Temuan lainnya adalah 4 dari 5 UMKM percaya GoFood mendorong pertumbuhan usaha. Manfaat utama yang dirasakan UMKM dari kemitraan dengan GoFood adalah kesempatan promosi GoFood, perluasan akses pasar, kemudahan pengelolaan operasional melalui aplikasi GoBiz dan pelatihan kewirausahaan.
Menilik data-data yang terpapar lewat go-digital di tengah pandemi, upaya bangkit bersama merupakan solusi yang bisa mempercepat kebangkitan ekonomi nasional. Akan lebih ideal, jika UMKM bisa menjadi tuan di negerinya sendiri.
Sebab, seperti diutarakan Komisaris GoTo, Wishnutama Kusubandio, Indonesia adalah pasar terbesar nomor 2 di dunia. Jadi, potensinya sangat besar sehingga sayang jika hanya menjadi konsumen dari beragam produk dari luar negeri.
UMKM, katanya, harus bisa memanfaatkan peluang dan potensi pasar ini. “Bangkit Bersama adalah enabler supaya UMKM bisa jadi pilihan utama masyarakat. GoTo akan punya peran mengakselerasi hal tersebut mulai dari pembinaan hingga kemudahan go-digital. Peluang besar ini sekali lagi harus bisa dimanfaatkan supaya pelaku usaha Indonesia tidak hanya jadi pasar tetapi juga tuan rumah di negeri sendiri,” harapnya. (Diah Dewi/balipost)