BANGLI, BALIPOST.com – Akses jalan dari Desa Buahan menuju Desa Trunyan, Kintamani hingga saat ini belum bisa dilalui pascalongsor yang terjadi Sabtu (16/10). Dampaknya, petani sulit menjual hasil pertaniannya.
Seperti yang dialami Ketut Jaksa. Bawang merah miliknya yang sudah dipanen sebulan lalu, belum bisa terjual.
Akses jalan yang masih tertutup menyebabkan tidak ada pembeli yang bisa datang langsung ke lokasi. “Biasanya ada tengkulak yang datang ke sini untuk beli. Sekarang tidak ada karena faktor transportasi,” ujarnya, Jumat (22/10).
Jika kondisi ini berlangsung lama, dipastikan dirinya akan merugi. Sebab bawang yang sudah dipanen tidak bisa disimpan dalam waktu lama.
Berat bawang akan terus menyusut. “Apalagi sampai dua bulan, akan mengering. Bisa rugi total,” ujarnya.
Hal sama juga diungkapkan I Wayan Suaka. Petani yang tinggal di wilayah Banjar Persiapan Cemara Landung, Trunyan itu mengaku punya sekitar 2,5 ton bawang merah yang sudah dipanen sekitar sebulan lalu. Hingga saat ini belum terjual dan masih disimpan di gudangnya. “Kalau akses jalan tidak tertutup seperti sekarang, biasanya sudah terjual,” terangnya.
Dia mengatakan bawang merah minimal harus sudah terjual 15 hari hingga 1 bulan setelah panen. Jika dibiarkan disimpan dalam waktu lama, apalagi lebih dari 60 hari maka beratnya akan terus menyusut.
Karenanya bawang merah hasil panennya sebulan lalu, paling lambat harus sudah terjual dalam waktu 10-15 kedepan. “Kalau tidak, rugi saya,” ujarya.
Ia pun berharap akses jalan yang sempat tertimbun longsor bisa segera kembali dilalui dengan normal. Sehingga hasil pertanian warga bisa kembali terserap. “Harapan kami, kalau bisa Bulog dapat menyerap bawang petani supaya petani tidak rugi,” cetusnya. (Dayu Swasrina/balipost)