Warga Beijing, China, antre melakukan tes usap PCR secara mandiri di areal parkir Chaoyang Park, Minggu (24/10/2021), dengan biaya 80 yuan (Rp177 ribu) yang hasilnya bisa diketahui melalui aplikasi Jiankang Bao dalam waktu 24 jam. (BP/Antara)

BEIJING, BALIPOST.com – Gelombang baru COVID-19 varian Delta di China meluas. Bahkan jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi di Provinsi Nanjing pada Juli.

Otoritas kesehatan di China mencatat bahwa gelombang baru telah menyebar di 11 provinsi. Lergerakan masyarakat antarprovinsi harus benar-benar dipantau, demikian dikutip dari Kantor Berita Antara, Senin (25/10).

Deputi Direktur Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Wu Liangyou melaporkan ada 133 kasus positif dalam sepekan. Sebanyak 106 kasus di antara jumlah itu terkait dengan 13 kelompok wisatawan, termasuk wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga:  Keluarga Ambil Paksa Jenazah Pasien Suspek COVID-19 di RS Wangaya

“Saat ini perkembangan kasus makin cepat, tidak hanya terkait dengan kelompok wisatawan. Jumlah kasus positif diperkirakan terus bertambah seiring dengan skrining yang terus berlanjut,” kata Wu.

Kabupaten Ejin Banner di Daerah Otonomi Mongolia Dalam menjadi tempat penyebaran kasus baru yang terjadi pada warga lokal selain Lanzhou, Provinsi Gansu. Objek-objek wisata dan pusat keramaian atau tempat berkumpulnya masyarakat di kedua daerah itu juga telah ditutup total untuk sementara waktu.

Baca juga:  Bulan Bung Karno 2021, Lomba Vlog Prokes Upacara Panca Yadnya Digelar

NHC mengeklaim kasus terbaru tersebut merupakan kasus impor. Ejin Banner diidentifikasi sebagai titik penularan karena wilayah itu berada di perbatasan China-Mongolia.

China terakhir kali mengalami gelombang terbesar varian Delta di Nanjing pada Juli. Kasus Nanjing dianggap yang terbesar setelah Wuhan di Provinsi Hubei pada awal 2020. (kmb/balipost)

BAGIKAN