DENPASAR, BALIPOST.com – Suasana sejumlah pantai di Denpasar dan Badung yang merupakan destinasi favorit sudah mulai ramai. Terutama di akhir pekan, seperti yang terlihat pada Minggu (31/10) di Pantai Sanur.
Warga, wisatawan, dan para pedagang berbaur di hamparan pasir putih yang berpadu dengan cerahnya langit biru. Mereka asyik dengan kegiatannya masing-masing.
Ada yang hanya duduk sambil mengobrol. Yang lainnya sibuk bermain di air. Sementara ada juga yang berkumpul sambil menyantap jagung bakar, lumpia, dan minuman ringan yang dijajakan pedagang asongan.
Salah satu pengunjung, Hendri, mengaku senang obyek pariwisata di Bali bisa dibuka kembali karena bisa refreshing. Mahasiswa yang berasal dari Jawa Timur ini berharap meski obyek wisata dibuka, pelaksanaan protokol kesehatan tidak kendor.
Sejauh ini, ia melihat prokes, seperti memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun di air mengalir masih secara taat dilakukan di ruang-ruang publik. Bahkan, sebelum masuk pantai, pengunjung harus melakukan scan QR code PeduliLindungi untuk memastikan status vaksinasinya.
Menggeliatnya aktivitas pariwisata dan ekonomi di Bali di tengah pandemi, tentu merupakan kabar baik setelah 1,5 tahun terpuruk dihantam virus Corona. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi penurunan tajam jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di 2020 sebanyak 4,02 juta kunjungan, atau turun lebih dari 75 persen dari 2019 yang mencapai 16,1 juta kunjungan. Sedangkan untuk periode Januari-Agustus 2021, jumlah kunjungan wisman mencapai 1,06 juta kunjungan, turun sebesar 69,17 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2020 yang berjumlah 3,44 juta kunjungan.
Sejauh ini, lebih dari sebulan obyek pariwisata Bali dibuka, tambahan kasus COVID-19 harian masih landai, tak pernah di atas 50 orang. Tambahan korban jiwa juga tidak pernah lagi mencapai dua digit, bertahan di bawah 5 orang bahkan terkadang nihil.
Kasus aktif Bali per 30 Oktober, menurut Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Bali, Made Rentin, mencapai 310 orang. Bahkan, jumlah yang menjalani isolasi mandiri (isoman) hampir habis. Rinciannya, di RS rujukan mencapai 107 orang (34,52 persen), isolasi terpusat (isoter) sebanyak 190 orang (61,29 persen), dan isoman hanya 13 orang (4,19 persen).
Capaian vaksinasi di Bali juga sudah sangat tinggi. Dari target 3.405.130 orang yang harus divaksinasi, untuk dosis pertama sudah terealisasi 3.414.853 orang (100,29 persen). Sedangkan vaksinasi dosis 2 mencapai 2.944.363 orang (86,47 persen).
Utamakan Aspek Kesehatan
Namun, semua pihak tentu tak boleh lengah. Pemulihan sektor pariwisata harus dilakukan dengan tetap mengutamakan aspek kesehatan dan keselamatan masyarakat.
“Untuk dapat segera bangkit dan kembali berkontribusi terhadap pendapatan nasional, kita perlu mendukung upaya pemulihan sektor pariwisata dengan mengedepankan aspek kesehatan dan keselamatan masyarakat,” kata Wakil Presiden (Wapres) K.H. Ma’ruf Amin saat Pelantikan DPP Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) dan Peluncuran gerakan “Sehat dan Sejahtera dengan Berwisata” belum lama ini.
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, bahwa tren pariwisata pascapandemi tertuju pada destinasi wisata alam terbuka, dengan tetap memerhatikan faktor kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian (4K). Untuk itu, harus ada standar yang dipatuhi dalam mempersiapkan wisata yang aman bagi wisatawan.
“Pemerintah telah menerapkan protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, safety, and environment sustainability (CHSE) yang menjadi standar penyiapan destinasi wisata, sejalan dengan langkah pembukaan secara bertahap destinasi wisata di masa pandemi ini,” sebut Wapres.
Di sisi lain, tambah Wapres, akselerasi pemberian vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat juga menjadi syarat utama dalam menyiapkan destinasi wisata yang aman. “Program vaksinasi juga menjadi prasyarat pemulihan sektor pariwisata. Untuk mencapai herd immunity pada akhir tahun 2021, ditargetkan 70 persen dari penduduk Indonesia telah divaksinasi dua kali. Hal ini diyakini akan menjadi game changer bagi sektor pariwisata,” ungkapnya.
Terlebih, saat ini tren kenaikan kasus terjadi secara global. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmidzi menegaskan komitmen Pemerintah untuk terus menurunkan kasus COVID-19. Hal ini dilakukan melalui evaluasi penerapan level PPKM di seluruh wilayah Indonesia secara berkala.
Ia memaparkan situasi di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun provinsi, terjadi penurunan tren kasus baru mingguan sebesar 23 persen. Selain itu juga terjadi penurunan jumlah kematian sebesar 16 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.
“Namun hal ini tidak mengurangi kewaspadaan Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19, mengingat di beberapa negara kembali terjadi lonjakan kasus,” tegasnya.
Berdasarkan laporan WHO per 26 Oktober 2021, terjadi peningkatan jumlah kasus maupun kematian di tingkat global dan regional Eropa yang berkontribusi lebih dari 50 persen total penambahan kasus baru dan sekitar 14 persem dari total kematian baru. Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Turki, dan Ukraina merupakan negara yang melaporkan kasus tertinggi di level global.
”Situasi global pandemi COVID-19 bisa menjadi salah satu masukan dan pembelajaran terkait respons nasional kita. Salah satu yang dianggap mempengaruhi peningkatan kasus di negara-negara tersebut adalah sudah dilakukannya berbagai pelonggaran dan penurunan kepatuhan terhadap protokol kesehatan seperti penggunaan masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” ujar dr Siti Nadia Tarmizi saat memberikan keterangan pers virtual, Rabu (27/10).
Pemerintah, tambah dr Nadia juga terus mempertahankan testing rate dan positivity rate pada level yang direkomendasikan WHO. Ia berharap semua elemen harus sama-sama memahami bahwa dengan tingkat pergerakan masyarakat yang semakin tinggi, risiko interaksi dan penularan juga semakin tinggi.
Namun risiko ini bisa diminimalisir jika masyarakat patuh, taat, dan disiplin menjalankan protokol kesehatan dan tetap selektif dan bijak saat beraktivitas. “Kami berharap kerjasama dari semua pihak untuk tetap memperkuat upaya testing, lacak dan isolasi serta kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Walau jumlah kasus baru yang semakin sedikit, namun upaya pelacakan kontak harus dilakukan secara maksimal. Identifikasi kontak tidak terbatas pada lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan lain seperti tempat kerja, sekolah, dan lainnya,” pungkas dr. Nadia.
Antisipasi Nataru
Yang perlu diantisipasi juga adalah libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Pemerintah telah menghapus cuti bersama untuk libur Nataru ini agar gelombang ketiga pandemi tidak terjadi.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, dalam mewaspadai periode akhir tahun, pemerintah belajar dari pengalaman di 2020. Saat itu, periode libur akhir tahun berujung peningkatan kasus di Indonesia, bahkan juga terjadi di dunia.
“Meski demikian, dalam menyusun strategi menghadapi periode libur Nataru, Pemerintah perlu lebih berhati-hati,” katanya, Kamis (28/10) dalam keterangan virtual di kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Sebab, saat ini tren mobilitas sudah mengalami kenaikan, yaitu mencapai 22,14 persen di pusat belanja, 5,43 persen di taman, dan 2,68 persen di tempat retail dan rekreasi. Padahal, kondisi kasus Indonesia yang saat ini sedang berada di titik terendah dan telah menurun selama 15 minggu perlu dipertahankan agar tidak kembali meningkat pada saat periode libur Nataru.
Terjadinya peningkatan mobilitas menjadi tantangan terbesar. Karena Indonesia harus mempertahankan penurunan kasus seiring dengan pembukaan aktivitas sosial ekonomi. Jika melihat grafik kasus, kenaikan mobilitas ini terjadi saat kasus menurun setelah puncak, memicu kenaikan kasus selanjutnya.
Untuk itu, upaya kolektif seluruh lapisan masyarakat merupakan kunci mempertahankan kondisi yang cukup baik ini. Sementara dari sisi pemerintah melakukan upaya percepatan peningkatan capaian vaksinasi utamanya dosis kedua.
Hal lain yang terus diingatkan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk wajib menerapkan disiplin protokol kesehatan di saat aktivitas dan mobilitas yang semakin meningkat. Jika setiap orang bertanggung jawab untuk memakai masker, rajin mencuci tangan, dan menjaga jarak, periode Nataru tidak akan menyebabkan ledakan kasus COVID-19.
“Mobilitas meningkat akan aman COVID-19 apabila masyarakat selalu menghindari kerumunan dan menjaga jarak. Upaya preventif ini akan sukses apabila pengelola fasilitas publik memastikan adanya petugas yang tidak hanya melakukan skrining di pintu masuk melalui aplikasi PeduliLindungi, namun juga mengawasi penerapan protokol kesehatan di dalam fasilitas publik tersebut. Dan para pengunjung jangan ragu saling mengingatkan apabila ada yang tidak disiplin protokol kesehatan,” sarannya. (Diah Dewi/balipost)