DENPASAR, BALIPOST.com – Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) atau pengembangan Pelabuhan Benoa menjadi superhub saat ini dalam tahap pengerjaan. Proyek ini akan menjadi salah satu lokasi kegiatan sampingan pertemuan G20. Demikian dikemukakan Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI (Kemenko Marves), Ayodhia Kalake, yang melakukan rapat koordinasi dan kunjungan lapangan, Selasa (2/11).
Pelabuhan Benoa telah masuk dalam Program Pengembangan Superhub sesuai Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 109 tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Dalam rilisnya, Ayodhia mengatakan pihaknya mengecek pengerjaan proyek ini agar rampung sesuai jadwal, yaitu 2023. “Ini menjadi salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan pariwisata nasional,” lanjutnya.
Ia mengatakan eksotisme berbagai pulau di Indonesia, memiliki potensi pariwisata yang perlu dikonsepkan (crafting). Caranya, dengan memberikan pengalaman berwisata ke dalam paket-paket destinasi wisata.
“Sekarang ini sedang ramai di media tentang Presiden RI Joko Widodo yang baru saja menerima tongkat komando dari Presiden Italia untuk kepemimpinan G20. Jadi mari sama-sama sukseskan proyek BMTH, karena welcome to Bali berarti welcome to BMTH sebagai salah satu side event G20,” tutur Penasihat Menko Marves, Marsetio.
Ditargetkan rampung pada pertengahan tahun 2023, rencana pembangunan BMTH dinilai sudah menggambarkan Bali sebagai lokasi wisata yang kaya akan budaya dan tradisi. “Semuanya pakai produk Indonesia, kecuali untuk komponen yang tidak dapat diproduksi di sini,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ali Sadikin, CEO Regional Bali-Nusa Tenggara mengatakan apa yang dilakukan sekarang ini tentunya untuk mencapai tujuan akhir bangkit bersama dari pandemi. Dengan dibangunnya BMTH, ia ingin agar mampu mengembalikan Benoa sebagai sentral hub kapal pesiar.
Sebelum pandemi, Benoa menjadi tempat kunjungan terbesar di Indonesia dengan lebih dari 100 call/year dan 2.000-3.000 penumpang. Selain menjadi pilot project untuk proyek sejenis, kehadiran BMTH akan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat setempat. “Kalau jadi nanti, semua wilayah yang punya potensi pariwisata cruise akan dapat manfaatnya,” lanjut Ali.
BMTH bukan hanya memiliki zona pariwisata, tetapi secara bertahap juga akan dibangun zona yacht terminal, zona perikanan, zona curah cair dan petikemas, serta pelabuhan Benoa eksisting. BMTH diproyeksikan mampu mengakomodasi kebutuhan transportasi laut sekaligus wisata di Benoa, Bali.
Di sana akan menjadi tempat sandar kapal pesiar terbesar di Indonesia. Saat ini, kapal pesiar yang dapat bersandar di Pelabuhan Benoa hanya sepanjang 280 meter. Tetapi nantinya akan diperpanjang menjadi 350 meter atau setara dengan kapal pengangkut 6.000 penumpang.
Selain itu, keberadaan BMTH diperkirakan mampu menggenjot kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, juga menyediakan lapangan kerja yang luas. Beragam fasilitas yang ditawarkan menjadi selling point. “BMTH ini untuk membangun Bali, bukan untuk membangun di Bali,” tegas Head Project Management Hub Bali-Nusa Tenggara, Fathoni.
Saat ini pekerjaan fisik yang sedang berjalan adalah pengerukan pelabuhan, infrastruktur dasar dan fasilitas umum penunjang pariwisata, revetment dan retaining wall dumping serta dermaga. Juga dilakukan pengerukan Pelabuhan Benoa, serta pemusnahan dan relokasi kapal eks asing. (kmb/balipost)