TABANAN, BALIPOST.com – Gerakan menyelamatkan alam dan peradaban Bali, dengan spirit Nangun Sat Kerthi Loka Bali mewujudkan Bali Era Baru, melalui sinergitas semua elemen terus bergulir di Kabupaten Tabanan. Bahkan, gerakan mewujudkan kedaulatan pangan Bali yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha (YDN) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Tabanan mendapat sambutan antusias para petani di Kecamatan Selemadeg Barat, Selasa (2/11) di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan Selemadeg Barat.
Para petani yang hadir ini pun bertekad akan mendukung gerakan mengharmonikan alam Bali dengan sistem pertanian organik. Setelah dibuka oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, di Pesraman Lumajang, Kecamatan Kerambitan pada Selasa (26/10) lalu, gerakan mewujudkan kedaulatan pangan Bali untuk mengharmonikan alam Bali kembali digelar dan kini menyasar pertanian di wilayah Tabanan bagian barat, Selasa (2/11). Potensi pertanian secara luas di wilayan tersebut khususnya di Kecamatan Selemadeg Timur diharapkan menjadi momentum bangkitnya pertanian organik dengan sistem biodinamik.
Camat Selemadeg Barat, I Gede Ketut Suyana Putra mengatakan, gerakan merawat alam Bali dan memuliakan waris leluhur adalah roh peradaban Bali gerakan yang diinisiasi Yayasan Dharma Naradha (YDN) ini merupakan bentuk nyata kepedulian terhadap Bali. ‘’Kami mendukung sepenuhnya Bali Era Baru dengan terobosan memuliakan pada petani untuk memuliakan alam Bali. Dhrama pemaculan yang menjadi spirit menjaga Bali dalam bingkai Nangun Sat Kerthi Loka Bali pun diapresiasi banyak pihak termasuk kalangan petani di Selemadeg Barat,’’ ujarnya.
Ia mengatakan bertani dengan pendekatan biodinamyc sangat baik dan tepat untuk bisa membantu sektor pertanian yang ada di Selemadeg Barat. Apalagi, pandemi kali ini adalah momentum untuk membangkitkan kembali sektor pertanian di Bali. Selain memiliki lahan pertanian basah yang cukup luas, di kawasan Selemadeg Barat juga terdapat potensi perkebunan yang cukup menjanjikan seperti kakao, kelapa, termasuk juga buah durian dan Manggis. Serta peternakan khususnya sapi yang nantinya lebih mudah dalam mengaplikasikan sistem biodinamik yang didapat dari pelatihan kali ini.
“Secara pribadi saya sangat mengapresiasi sekali kegiatan pelatihan dan sosialisasi tentang pertanian organik dengan sistem biodinamik yang diinisiasi oleh Yayasan Dharma Naradha, karena di Selemadeg Barat secara umum adalah daerah pertanian, yang tentunya melalui kegiatan kali ini bisa membawa para petani kami ke arah yang lebih baik, dengan harapan kesejahteraan petani bisa terwujud,” ucapnya.
Bangkit bersama petani merupakan pilihan paling solutif di tengah pandemi Covid-19. Sektor pertanian yang terbukti memiliki ketahanan saat pandemi pun memiliki potensi untuk dibangun. Petanian bangkit, gerakan mewujudkan kedaulatan pangan di Bali pun terbuka leber. Terlebih gerakan dalam komitmen Bali Era Baru kini bergerak lurus dari tingkat provinsi ke tingkat kabupaten/kota.
Setidaknya, menurut Camat Selemadeg Barat, I Gede Ketut Suyana Putra sistem pertanian organik biodinamik –yang sepenuhnya memanfaatkan unsur unsur biologis atau memberdayakan organisme hidup– sangat sejalan dengan upaya yang telah dilakukan petani di Selemadeg Barat. Kini petani di wilayahnya sedang berupaya mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk beralih ke sistem pertanian organik.
Jika ke depan sistem ini mampu membantu petani dalam hal produksi, tentunya petani akan lebih bersemangat lagi untuk menjaga eksistensi lahan pertanian yang ada dan tidak akan sampai terjadi alih fungsi lahan. Termasuk pula mampu mendukung kabupaten maupun Provinsi Bali mewujudkan kedaulatan pangan. Hanya saja memang diakui Suyana Putra, kendala yang kerap dihadapi petani yakni dalam hal pemasaran.
Sementara itu Koordinator penyuluh pertanian Kabupaten Tabanan, I Made Subur perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan mengatakan, selain sejalan dengan membangkitkan kembali warisan budaya leluhur terdahulu, banyak saat ini lahan pertanian rusak akibat terlalu lama menggunakan pupuk kimiawi. Perlu sekiranya diperbaiki struktur dan tekstur tanah. Dan kegiatan pelatihan organik dengan sistem biodinamik ini tentunya sejalan dengan visi misi Nangun Sat Kerti lokasi Bali menuju Tabanan era baru yang AUM (Aman, Unggul dan Madani).
Aman dimaksudkan dengan pelatihan ini diharapkan akan menghasilkan produk yang aman bagi pertanian dan tidak terkontaminasi oleh bahan kimiawi, sehingga aman untuk dikonsumsi dan aman untuk keberlangsungan hidup. Unggul dalam artian, tetap meningkatkan kualitas produksi dan mampu bersaing di tingkat pasar, karena memiliki ciri khas pertanian organik. Dan Madani adalah budaya.
Karena ini merupakan warisan budaya yang sudah lama ditinggalkan sehingga dengan tiga baga (Parhyangan, Pawongan dan Palemahan) kembali menata, mengolah alam, yakni sujud kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, kemudian di pawongan mengelola lahan-lahan yang dimiliki secara harmonis (hubungan timbal balik) antara makhluk ciptaan Tuhan supaya bersinergi untuk menghidupkan ibu pertiwi, apapun yang petani tanam diberikan hasil yang maksimal. Dan di palemahan, dengan menggunakan pupuk organik maka tanah akan menjadi sehat, struktur tanah menjadi baik sehingga zat-zat nutrisi tanah dengan mudah diserap oleh tanaman.
“Ini momentum awal kembali kita bangkit, karena baru sadar bahwa pertanian yang sudah lama kita tinggalkan ternyata merusak lingkungan, dan untuk pertanian organik sendiri di Kabupaten Tabanan saat ini sedang dilakukan semaksimal mungkin, karena mengubah perilaku petani memang sangat susah, sehingga dengan segala upaya kita lakukan diawali dengan pertanian ramah lingkungan,” ucapnya. (Puspawati/balipost)