DENPASAR, BALIPOST.com – Provinsi Bali kembali mencatatkan deflasi sebesar -0,19% (mtm) pada Oktober 2021. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,10% (mtm). Kondisi ini mengindikasikan daya beli masyarakat Bali masih lemah.
Meski demikian Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (BI KPw) Provinsi Bali Trisno Nugroho menilai inflasi Bali sampai dengan akhir tahun cenderung rendah dan stabil. BI melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan tetap mendorong program 4K (Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif), terutama melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD), digital farming, dan pemasaran produk lewat e-commerce.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bali Hanif Yahya menambahkan, perkembangan IHK di Kota Denpasar pada Oktober 2021 tercatat mengalami deflasi sedalam 0,23% yang ditunjukkan dengan penurunan IHK dari 105,03 pada September 2021 menjadi 104,79 pada Oktober 2021. Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2021 dibandingkan Oktober 2020 atau YoY) tercatat masing-masing setinggi 0,55% dan 1,37%.
Dari sebelas kelompok pengeluaran, tiga kelompok pengeluaran tercatat mengalami deflasi yaitu, kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) sedalam 3,32%, kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam 0,24% dan kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) sedalam 0,07%.
Sementara itu, lima kelompok pengeluaran lainnya tercatat mengalami inflasi yaitu, kelompok VI (transportasi) setinggi 0,52%, kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya) setinggi 0,12%, kelompok II (pakaian dan alas kaki) setinggi 0,11%, kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) setinggi 0,10% dan kelompok V (kesehatan) setinggi 0,07%.
Tiga kelompok lainnya tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga), kelompok IX (pendidikan), dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/restoran).
Sedangkan kondisi di Singaraja pada Oktober 2021 tercatat mengalami inflasi setinggi 0,08% dengan IHK sebesar 106,79. Tingkat inflasi tahun kalender Oktober 2021 setinggi 0,56%. Sementara itu, tingkat inflasi Oktober 2021 dibandingkan Oktober 2020 atau YoY tercatat setinggi 2,02%.
Lima kelompok pengeluaran tercatat mengalami inflasi secara mtm yaitu, kelompok IV (perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga) setinggi 1,17%, kelompok XI (perawatan pribadi dan jasa lainnya) setinggi 0,58%, kelompok VIII (rekreasi, olahraga, dan budaya) setinggi 0,42%, kelompok II (pakaian dan alas kaki) dan kelompok VI (transportasi) masing-masing setinggi 0,04%.
Sementara itu, tiga kelompok pengeluaran lainnya tercatat mengalami deflasi yaitu kelompok I (makanan, minuman, dan tembakau) sedalam 0,15%, kelompok VII (informasi, komunikasi, dan jasa keuangan) sedalam 0,07% dan kelompok III (perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga) sedalam 0,03%.
Tiga kelompok pengeluaran lainnya tercatat tidak mengalami perubahan indeks atau stagnan yaitu kelompok V (kesehatan), kelompok IX (pendidikan) dan kelompok X (penyediaan makanan dan minuman/ restoran).
Komoditas yang tercatat memberikan sumbangan inflasi pada bulan Oktober 2021 antara lain, cabai merah, canang sari, minyak goreng, beras, cabai rawit, wafer, daging ayam ras, nangka muda, air kemasan, pasta gigi, jeruk, kentang, sawi hijau, buncis, sabun cair/cuci piring, rokok putih, minyak rambut dan hand body lotion. (Citta Maya/balipost)