BANGLI, BALIPOST.com – Petani jeruk di Kintamani menikmati tingginya harga buah jeruk saat ini. Per kilogramnya, jeruk bisa laku dijual Rp 9 ribu.
“Harga jeruk sekarang lumayan. Yang kualitas bagus Rp 9 ribu, yang kualitas paling rendah Rp 6 ribu per kilogram,” ungkap I Nyoman Sandra, petani jeruk di Desa Bayunggede, Kintamani, Senin (8/11).
Dia mengatakan, harga jeruk dirasakan lumayan bagus sejak pandemi COVID-19. Sandra tidak tahu pasti kenapa bisa demikian.
Sebelum pandemi, harga jeruk di tingkat petani hanya berkisar Rp 3 ribu per kilogramnya. Dan mentok di harga Rp 6 ribu untuk kualitas bagus. “Sejak pandemi ini jeruk kenceng pasarnya. Tidak tahu kenapa,” ujarnya.
Jelang hari raya Galungan di bulan November ini, dikatakan Sandra produksi jeruk di petani sudah menipis. Sebab musim panen sudah berakhir. Musim panen jeruk Kintamani biasanya mulai pada bulan Juni. Sedangkan puncak musim panen pada bulan Juli-September.
Bagusnya harga jeruk saat ini juga diakui petani jeruk lainnya, I Ketut Sandia. Petani asal Desa Manikliyu itu mengaku terakhir jual jeruk di kisaran Rp 7 ribu per kilogram.
Dia juga mengatakan selama pandemi harga jeruk lumayan bagus. Tidak pernah turun. Tentu ini sangat menguntungkan bagi petani.
Karena musim panen sudah berakhir, saat ini dirinya hanya bisa menjual sisa buah yang belum sempat di petik saat puncak musim panen lalu. Petani menyebutnya dengan istilah gegadon. “Di jual di lokalan saja tidak sampai ke luar karena produksi sedikit,” ujarnya. (Dayu Swasrina/Balipost)