DENPASAR, BALIPOST.com – Pengprov PBSI Bali mengukir sejarah dengan merebut 1 perak dan 2 perunggu, di ajang PON Papua. Satu perak diperoleh melalui Komang Ayu Cahya Kusuma Dewi, di tunggal putri, serta 2 perunggu diraih melalui Komang Arya Triadnyana Kurniawan/Ayu Garry Luna Maharani (ganda campuran), dan beregu putri.
Pelatih PON Made Wijaya, di Denpasar, Jumat (12/11), mengemukakan, ke depan Bali perlu melakukan regenerasi atlet. Caranya, harus dilakukan pemantauan terhadap bibit-bibit pebulu tangkis berbakat dan bertalenta, di klub-klub. “Kalau sudah menemukan pebulu tangkis berbakat, sebaiknya magang dan dititipkan di klub besar. Sebab berlatih di Bali, selama pandemi COVID-19 ini, kurang efektif,” sebut Wijaya.
Diakuinya, meskipun atlet Bali belum mendulang emas, namun semangat dan perjuangan mereka patut diapresiasi. Apalagi, lawan yang dihadapi atlet Pelatnas dan punya jam terbang tinggi.
Wijaya mencontohkan, Komang Ayu Cahya meladeni Sri Fatmawati (Jatim), di semifinal tunggal. “Padahal, sebelumnya Ayu Cahya dikalahkan Sri Fatmawati, di beregu putri,” ucapnya.
Untuk itu, pihaknya mengevaluasi seraya mencarikan solusi guna menaklukkan Sri Fatmawati. “Kami bersyukur, Komang Ayu Cahya bisa mengatasi Sri Fatmawati, hingga melenggang ke final,” tuturnya.
Di babak penyisihan, Ayu Cahya juga sempat menundukkan andalan Sulteng.
Pada bagian lain, Ketua Umum Pengprov PBSI Bali Wayan Winurjaya, menerangkan, pihaknya juga berpikir tentang regenerasi atlet. Apalagi, jika mengacu U-23, Ayu Cahya masih bisa diturunkan.
Oleh sebab itu. jajaran pengurus PBSI Bali berniat menggelar Rakerprov, Desember 2021. Tujuannya, untuk membahas agenda kerja 2022, berikut menyiapkan atlet proyeksi PON Sumut dan Aceh 2025. (Daniel Fajry/balipost)