Para pengunjung menikmati minuman mereka di kafe yang buka kembali di Leidseplein Square di Amsterdam, Belanda, Senin (1/6/2020). (BP/Dokumen)

THE HAGUE, BALIPOST.com – Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte pada Jumat (12/11) mengumumkan akan melakukan penguncian kembali pada musim dingin. Belanda menjadi negara pertama di Eropa Barat yang kembali jalani lockdown setelah kasus harian mengalami lonjakan signifikan.

Setidaknya penguncian berlangsung selama 3 minggu ke depan, dimulai Sabtu (13/11) waktu setempat. Dikutip dari AFP, pembatasan diberlakukan di restoran, toko, dan kegiatan olahraga. “Krisis ini memerlukan tindakan yang tegas dalam beberapa minggu ke depan karena virus berada di mana-mana di seluruh negeri, di semua sektor dan usia,” kata Rutte.

Ia mengatakan untungnya mayoritas warga sudah divaksinasi COVID-19, jika tidak rumah sakit akan kewalahan pada saat ini. Bar, restoran, cafe, dan supermarket harus tutup pada jam 8.00 malam selama 3 minggu ke depan. Sedangkan toko non-esensial harus tutup pada pukul 6.00 malam.

Baca juga:  Jalani Program Hamil Aman di Tengah Pandemi, Seluruh Prosesnya Harus Taat Prokes

Pembatasan juga diberlakukan bagi kunjungan tamu ke rumah warga, maksimal dibatasi 4 orang. Sedangkan pekerja diminta bekerja dari rumah.

Kegiatan publik akan ditangguhkan. Sedangkan pertandingan sepak bola, termasuk babak kualifikasi Piala Dunia antara Belanda dengan Norwegia minggu depan digelar tanpa penonton.

Sekolah tetap diizinkan buka dan warga diperbolehkan keluar rumah tanpa adanya pembatasan.

Pemerintah, kata Rutte, akan melakukan review pada 3 Desember untuk melihat apakah langkah yang lebih tegas diperlukan dalam upaya memutus penyebaran COVID-19 ini. Pembatasan yang dimaksud termasuk COVID Pass untuk bisa bekerja di kantor, dan membatasi jumlah pengunjung di bar dan restoran bagi mereka yang sudah divaksinasi atau yang telah sembuh dari penyakit itu.

Baca juga:  Dua Hari Berturut-turut! Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Lampaui Kasus Baru

Kasus mengalami lonjakan sejak Belanda mencabut pembatasan COVID-19 kurang dari 2 bulan lalu, yakni 25 September. Rekor kasus tercapai pada Kamis dan Jumat lalu, yakni sebanyak lebih dari 16 ribu orang per hari.

Pembatasan menjadi isu yang sensitif. Bahkan usai Rutte mengumumkan adanya lockdown terbatas ini, massa turun ke jalan melakukan protes.

Pendemo yang jumlahnya sekitar 200 orang itu melempar batu dan kembang api pada polisi antihuru hara yang bersiaga dan membuat barikade.

Negara dengan 17 juta penduduk ini telah melaporkan 2,2 juta kasus COVID-19 dan 18.613 jiwa meninggal karena penyakit ini sejak pandemi melanda di awal 2020 lalu. Pihak RS memperingatkan bahwa mereka tidak akan mampu melewati musim dingin jika kondisi ini terus berlangsung.

Baca juga:  Lima Kali Perpanjangan PPKM! Zona Risiko COVID-19 Bali Masih Didominasi Merah

Lonjakan kasus COVID-19 terjadi meski 82 persen dari warga di Belanda yang berusia di atas 12 tahun telah tervaksinasi lengkap. Warga tak tervaksinasi menderita penyakit ini dalam tahap parah (69 persen) dan harus dirujuk ke RS (55 persen). Namun efek vaksinasi yang mulai memudar juga menjadi pemicu peningkatan kasus, terutama di kategori lanjut usia.

Pemerintah Belanda menyebutkan pemberian booster akan mulai dilakukab pada Desember.

Tak hanya di Belanda, hampir di seluruh Eropa terjadi kenaikan kasus signifikan. Jerman juga mulai memberlakukan pembatasan-pembatasan dan Austria menyatakan akan me-lockdown warga yang belum divaksinasi. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN