Kepala BI KPw Bali Trisno Nugroho. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pertumbuhan ekonomi Bali mengalami kontraksi -4,08% (qtq) dan -2,91% (yoy) hingga menyebabkan posisi ekonomi Bali terbawah dibanding provinsi lain memang sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia KPw Bali. Kebijakan pembatasan mobilitas seiring dengan peningkatan kasus COVID-19 (varian delta) pada triwulan III 2021 telah menekan kinerja ekonomi Bali.

Pemberlakuan PPKM Darurat dari 1 Juli 2021 sampai dengan 20 Juli 2021 dan berlanjut dengan PPKM Level 4 sampai dengan 13 September 2021 telah menahan kinerja sektor pariwisata dan sektor terkait lainnya. Demikian diungkapkan Kepala BI KPw Bali Trisno Nugrogo, Minggu (14/11).

Dari 17 lapangan usaha (LU), 11 diantaranya mengalami pertumbuhan negatif dengan pertumbuhan terendah terjadi pada LU transportasi (-16,03%), LU Akmamin (-8,47%), dan LU Jasa Perusahaan (-7,53%). Selanjutnya kontraksi juga terjadi pada LU Pertanian (-0,18%), LU Perdagangan (-1,00%), dan LU Industri Pengolahan (-7,27%). LU Kontruksi secara tahunan juga tercatat tumbuh positif (0,84%).

Kinerja tersebut merupakan kinerja terendah dibanding provinsi lain di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh karakteristik Provinsi Bali yang didominasi oleh sektor pariwisata sehingga sensivitas perekonomian Bali terhadap kebijakan pengetatan mobilitas cenderung lebih tinggi dibandingkan Provinsi lainnya di Indonesia.

Baca juga:  Meningkat, Pertumbuhan Kredit Baru Triwulan IV 2021

Namun pada triwulan IV 2021, ekonomi Bali diperkirakan akan tumbuh positif. Faktor-faktor yang menyebabkannya adalah kebijakan pelonggaran mobilitas ditengah semakin terkendalinya kasus COVID-19. Sejak 14 September 2021, pemerintah melonggarkan mobilitas dengan implementasi PPKM Level 3.

Implementasi PPKM Level 3 ini diikuti oleh pelonggaran jam operasional dan kapasitas pelayanan restoran dan pusat perdagangan serta pelonggaran persyaratan penerbangan dan pelabuhan ke/dari Bali. Hal ini berpotensi mendorong kunjungan wisatawan domestik ke Bali.

Selain itu, kebijakan pembukaan penerbangan langsung internasional ke Bandara I Gusti Ngurah Rai per 14 Oktober 2021 juga berpotensi mendorong kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali serta faktor lainnya adalah berlanjutnya pembangunan infrastruktur.

Dengan berbagai faktor pendorong tersebut, perbaikan pertumbuhan diperkirakan terjadi pada lapangan usaha yang berkaitan langsung dengan aktivitas pariwisata (LU Akmamin, LU Transportasi dan LU Perdagangan).

“Yang dapat kita petik dari kondisi ini adalah perbaikan ekonomi sangat tergantung pada kondisi COVID-19, sektor infokom merupakan leading sektor dalam mengawal pemulihan ekonomi Bali, perlu adanya kebijakan strategis, inovatif dan adaptif dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi. Oleh sebab itu, saya merekomendasikan dalam jangka pendek mengawal kondisi COVID-19 dengan terus disiplin terhadap protokol kesehatan dan meneruskan vaksinasi,” tegasnya.

Baca juga:  Antisipasi Bencana, Polresta Denpasar Gelar Simulasi

Hal ini penting untuk meningkatkan level of confidence wisatawan, pelaku usaha maupun konsumen. Selain itu masyarakata juga diminta berpartisipasi aktif dalam transformasi digital, mengingat sektor ini mampu bertahan dalam krisis Covid-19. Hal ini bisa dilakukan misalnya melalui digital farming, UMKM go digital, meningkatkan ekraf digital, dan pemanfaatan e-commerce, pembayaran non tunai termasuk QRIS.

Kolaborasi dan sinergi antar berbagai pihak untuk menghasilkan inovasi dan terobosan dalam pemulihan pariwisata juga harus dilakukan, mendampingi kebijakan yang telah ada, pemerintah dapat mendorong penambahan list negara untuk mendapatkan izin penerbangan internasional ke Bali, melaksanakan WFB dengan protokol yang ketat, dan memperluas CHSE.

Tidak hanya itu, perlu terobosan untuk mengembalikan kepercayaan wisman untuk berkunjung kembali melalui strategi digital marketing dan penguatan citra Bali sebagai destinasi sustainable tourism.

Baca juga:  Personel Basarnas Bali Di-rapid Test

Perhelatan G20 merupakan momen yang tepat untuk membuktikan keamanan Bali. Selain itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong MICE tourism pada 2 tahun kedepan melalui optimalisasi INACEB, BALICEB dan kedutaan Indonesia di luar negeri.

Strategi lainnya adalah melalui penyelenggaraan event-event unik yang menyasar komunitas tertentu, misalnya seperti Yoga From Bali, Adventure Tourism, Finding Foresight from Bali, dll.

Sementara untuk jangka panjang, ia merekomendasikan Bali untuk melakukan transformasi ekonomi Bali menuju sustainable growth. Yakni dengan membangun interlinkage yang lebih kuat antara sektor pariwisata dengan sektor pertanian dan sektor lainnya.

Potensi pariwisata ke depan masih cukup baik, namun perlu dilakukan diversifikasi perekonomian untuk menjamin sustainibilitasnya. Salah satu sektor yang berperan penting dan potensial bagi pertumbuhan ekonomi Bali adalah sektor pertanian . “Last but not least, perlu untuk menginternalisasi transformasi digital di setiap sendi kehidupan mengingat hal ini dapat mendorong inovasi yang dapat menjadi new source of growth bagi perekonomian Bali,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN