DENPASAR, BALIPOST.com – Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang dalam waktu sebulan lagi tiba terus diantisipasi pemerintah. Sebab, dikhawatirkan muncul gelombang ketiga pandemi COVID-19 usai libur Nataru itu.
Menurut Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, Senin (15/11), pemerintah berupaya mengebut capaian vaksinasi hingga akhir tahun. Saat ini, vaksinasi sudah mencapai 216 juta suntikan ke 130,6 juta rakyat Indonesia.
Dalam keterangan virtual dipantau di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Menkes merinci sebanyak 84,5 juta penduduk sudah mendapatkan dosis lengkap. “Dari target vaksinasi 208 juta orang, 62 persen sudah memperoleh vaksinasi dosis pertama dan 40 persen sudah vaksinasi lengkap,” jelasnya.
Per harinya, kata Menkes Budi, suntikan vaksin terus bertengger antara 1,6 hingga 2 juta. Diperkirakan akhir tahun, bisa mencapai 290 juta sampai 300 juta suntikan.
Dengan perkiraan yang memperoleh dosis 1 sebanyak 161 juta orang atau 78 persen dari target populasi dan proyeksi dosis 2 bisa mencapai sekitar 118 juta orang atau mendekati 60 persen. “Dibandingkan dengan target WHO yang akhir tahun diharapkan 40 persen lengkap di dosis ke dua,” jelasnya.
Presiden, kata Budi, juga menekankan terkait vaksin kedaluwarsa. Ada beberapa provinsi yang memiliki vaksin kedaluwarsa, seperti NTT, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. “Jika sudah dekat kedaluwarsa, mungkin kita bisa mengalihkan ke provinsi lain yang masih membutuhkan atau kita bisa alihkan ke TNI dan Polri,” sarannya.
Stok vaksin hingga saat ini masih aman ada 276 juta dosis. Sebanyak 267 juta dosis sudah didistribusikan ke kabupaten/kota dan provinsi. Yang sudah dipakai mencapai 216 juta. Ada stok sekitar 60 juta di kabupaten/kota dan provinsi.
Dari sisi obat-obatan, pemerintah juga tengah mendatangkan Molnupiravir. Diharapkan obat COVID-19 ini tiba di Indonesia pada akhir tahun dan siap digunakan pada tahun depan. “Mudah-mudahan tidak ada gejolak. Tapi kalau toh ada gelombang baru, kita sudah siap dengan obat-obatannya. Kita masih menunggu terbitnya authorization emergency use dari FDA (United States Food and Drug Administration -red) yang diharapkan di awal Desember ini juga sudah keluar dari sana,” paparnya.
Selain Molnupiravir, lanjut Menkes, juga dikaji sejumlah obat-obatan lain. Yang khasiatnya mirip dengan Molnupiravir bisa mengurangi risiko masuk RS dari orang-orang yang terkena kasus konfirmasi. (Diah Dewi/balipost)