Sejumlah penumpang menaiki kapal cruise rute Sanur-Nusa Penida, Selasa (17/11). Arus penumpang ke Nusa Penida dan Lembongan yang merupakan salah satu destinasi wisata di Bali mengalami peningkatan seiring dibukanya sektor pariwisata. (BP/Febrian Putra)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sejumlah negara yang kini mengalami lonjakan kasus COVID-19 diharapkan menjadi perhatian bersama. Terlebih, Bali sudah membuka kunjungan internasional.

Sebanyak 19 negara diizinkan memasuki Indonesia untuk kebutuhan wisata. Yaitu Saudi Arabia, United Arab Emirates, Selandia Baru, Kuwait, Bahrain, Qatar, Cina, India, Jepang, Korea Selatan, Leichenstein, Italia, Prancis, Portugal, Spanyol, Swedia, Polandia, Hungaria dan Norwegia.

Sementara itu, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito, Selasa (16/1), mengatakan ada sembilan negara mengalami lonjakan kasus. Yakni Hongaria, Inggris, Singapura, Ukraina, Jerman, Rusia, Italia, Finlandia, dan Australia.

Menurut Dosen Program Studi (Prodi) Destinasi Pariwisata Politeknik Pariwisata Bali, Dr. I Wayan Merta, harus diperhatikan negara mana saja yang mengalami lonjakan kasus. Begitu diketahui datanya, tentu perlu langkah penanganan wisman ekstra hati-hati.

Baca juga:  Penyelundup 590 Butir Ekstasi ke Lapas Kerobokan Mulai Diadili

“Prosedur penanganan mereka (wisatawan mancanegara-red) perlu lebih ekstra dibandingkan dengan calon wisatawan dari negara lain yang kasusnya tidak tinggi. Itu dari sisi pasar, perlu data dan informasi akurat,” kata Mertha yang juga Bendesa Adat Kedonganan, Selasa (16/11).

Dalam hal ini, tentu perlu dilakukan filter yang sangat ketat untuk mereka, terutama dengan karantina yang lebih lama. Sedangkan untuk di Bali, masyarakat diminta jangan sampai memperlonggar protokol kesehatan. Seperti kegiatan upacara, pertemuan, yang melibatkan orang banyak, harus terus diperketat.

“Jangan karena kasus menurun, malah euforia dan  abai dengan prokes. Selain imbauan, monitoring juga sangat penting untuk mengingatkan masyarakat. Memang ini tidak mudah, terutama berkaitan dengan upacara keagaman. Tapi paling tidak penggunaan masker itu jangan diabaikan,” ucapnya.

Baca juga:  Bangkitkan Kepercayaan Masyarakat Internasional, Wagub Cok Ace Ajak Pelaku Pariwisata Lakukan Ini

Sementara itu, Menurut Wakil Ketua BPD PHRI Bali, I Gusti Ngurah Agung Rai Suryawijaya, memang kondisi COVID-19 saat ini masih fluktuatif. Namun, penanganan di Indonesia dan Bali dinilainya sudah baik. “Bali penanganan sangat bagus. Sehingga kasus minggu terakhir ini hanya 1 digit,” ucapnya.

Lebih lanjut, kata Rai yang juga Ketua BPC PHRI Badung, hal ini patut disyukuri sebab masyarakat Bali sangat taat prokes. Terlebih capaian vaksinasi di Bali sudah sangat tinggi dengan penerima dosis lengkap per data 16 November mencapai 87,82 persen dari target atau sebanyak 2.990.507 orang dari 3.405.130 orang yang harusnya menerima vaksinasi.

Baca juga:  Jro Jangol dan Istrinya Dijebloskan ke LP Kerobokan

Ia menyebutkan saat ini Bali membuka border untuk negara dengan risiko COVID-19 yang rendah. Sebelum wisatawan ini datang, mereka sudah dipastikan mengisi aplikasi EHAC, peduli lindungi, Love Bali, vaksin komplit, hasil tes PCR negatif, asuransi dan hotel booking.

Kemudian, sampai saat tiba Bali, mereka sudah dicek. “Tentu dengan berbagai persiapan yang telah dilakukan Bali sejak setahun lalu, diharapkan bisa diterapkan dan pariwisata kembali menggeliat dan ekonomi Bali mulai tumbuh,” jelasnya. (Yudi Karnaedi/balipost)

BAGIKAN