Sosialisasi dan pelatihan biodynamic pada para pekaseh se-Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Rabu (17/11). Kegiatan ini merupakan sosialisasi dan pelatihan dalam upaya mencapai kedaulatan pangan di Kabupaten Tabanan. (BP/eka)

TABANAN, BALIPOST.com – Sektor pertanian harus mendapat perhatian khusus dan jangan sekali-kali diabaikan, apalagi di masa pandemi saat ini. Karena sektor ini merupakan tempat bergantung bagi kehidupan sebagian besar masyarakat, di tengah belum pulihnya sektor pariwisata yang sekian lama menjadi “primadona” di Bali, akibat pandemi COVID-19.

Sebagai bentuk dukungan membantu program Pemerintah Propinsi Bali maupun Pemerintah Kabupaten Tabanan, Nangun Sat Kerti Loka Bali, Yayasan Darma Naradha belakangan ini roadshow menyasar para petani di masing-masing kecamatan di kabupaten Tabanan untuk diberikan pelatihan pertanian dengan sistem organik plus (biodinamik). Selain untuk mengharmonikan alam Bali, sistem pertanian organik juga bentuk upaya ‘membersihkan’ bumi pertiwi yang telah tercemar kandungan pestisida sejak puluhan tahun.

Kali ini, komitmen membangkitkan taksu Darma Pemaculan juga disuarakan petani di kecamatan Selemadeg Timur, Rabu (17/11). Camat Selemadeg Timur, I Putu Agus Hendra Manik mengatakan, pandemi saat ini memang menuntut masyarakat maupun para generasi muda untuk lebih inovatif dan kreatif mencari dan memanfaatkan sumber potensi yang ada untuk nantinya dijadikan peluang ekonomi.

Sosialisasi dan pelatihan biodynamic pada para pekaseh se-Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Rabu (17/11). Kegiatan ini merupakan sosialisasi dan pelatihan dalam upaya mencapai kedaulatan pangan di Kabupaten Tabanan. (BP/eka)

Dan peluang yang saat ini sangat menjanjikan di masa pandemi adalah sektor pertanian. Terbukti, ketika pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata di Bali yang selama ini menjadi primadona kian lesu, namun sektor pertanian bisa bertahan, termasuk masyarakat yang sebelumnya menekuni sektor di luar pertanian kini kembali mengolah lahan pertaniannya. Bahkan adapula yang mulai memanfaatkan lahan tidur untuk bisa tetap berproduksi.

“Sektor pariwisata dengan kondisi saat ini, lima tahun lagi belum bisa sepenuhnya pulih, apalagi sejumlah negara sudah melakukan lockdown, jadi pertanian yang bisa tetap bertahan dan ini penting untuk tetap bisa menjaga ketahanan dan kedaulatan pangan,” terangnya.

Baca juga:  Menyatukan Gerakan Mengawal Peradaban Bali

Ditengah mulai ada spirit atau semangat kembali ‘bertani’, momen ini dirasa sangat tepat mengembalikan taksu pertanian (Darma Pemaculan) yang organik atau yang tidak merusak alam (Bumi Pertiwi). Dengan mengembalikan tatanan ekologi pertanian mengarah organik, tentunya kedepan bisa menghasilkan produk pangan yang aman dan sehat untuk dikonsumsi.

“Seiring perkembangan teknologi tatanan pertanian mengalami perubahan yang memudahkan petani, namun disisi lain dampak dari perubahan tersebut justru menghasilkan produk pangan yang kurang aman untuk dikonsumsi jangka panjang, karena disinyalir adanya penggunaan pestisida berlebihan. Masa pandemi inilah kita jadikan langkah awal untuk kembali memperbaiki tatanan ekologi pertanian yang organik sesuai dengan yang sistem pertanian yang dijalankan oleh leluhur kita sebelumnya, hanya saja memang perlu proses,” terangnya.

Petani mempraktikan sistem biodinamik. (BP/eka)

Di kecamatan Selemadeg Timur, lanjut kata Hendra Manik yang juga merupakan petani dan peternak asal desa Mengesta Penebel ini, sistem organik sebenarnya sudah mulai dilakukan oleh seorang tokoh masyarakat sejak tahun 2003 silam dengan luasan 42 hektar. Dan luasan tersebut sudah terus dikembangkan dan diketoktularkan pada lahan pertanian lainnya. “Jadi adanya pelatihan biodynamic atau sistem pertanian organik plus ini tentunya akan sangat bermanfaat sekali bagi para petani diwilayah kami untuk bisa menambah ilmu mereka nantinya,” ucapnya.

Seorang petani dari subak gebang gading atas, desa Tegal Mengkeb, I Wayan Windia, mengaku meski pelatihan dilakukan secara singkat, namun dirinya melihat sistem biodinamik dirasa lebih efisien dan pembuatan aplikasinya juga mudah. Dibandingkan dengan penerapan organik yang telah ditekuninya selama ini.

Baca juga:  Petani Selemadeg Dukung Bangkitkan "Taksu Darma Pemaculan"

Termasuk, bahan-bahan yang digunakan juga mudah didapat. “Ini tambahan ilmu buat kami, karena selain lebih efisien juga menekan biaya. Kalau organik yang saya terapkan selama ini volumenya cukup besar dan tentunya perlu tenaga juga,” ucapnya.

Windia pun mengatakan, selama mengarah ke pertanian organik, ia mengakui produksi yang dihasilkan kualitasnya memang jauh lebih baik, dan tentunya aman dikonsumsi untuk jangka panjang. “Buktinya saya saat ini usia 73 tahun masih kuat, karena sejak lama beras yang saya konsumsi sudah organik, dan jika dengan sistem ini bisa diterapkan nantinya, tentu saya akan coba aplikasikan, karena lebih efisien dan menekan biaya, termasuk bahan bahannya juga mudah didapat,” terangnya.

Ramah Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas Pertanian saat ini memang tengah getol mengarah sektor pertanian yang ramah lingkungan. Salah satunya pertanian dengan sistem organik.

Penyuluh Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, I Wayan Artanaya mengatakan, lahan pertanian di Tabanan adalah yang terluas jika dibandingkan dengan kabupaten/kota di Bali. Untuk mempertahankan Tabanan sebagai lumbung Pangan Bali, sejumlah inovasi telah dilakukan Pemkab maupun petani itu sendiri.

Sosialisasi dan pelatihan biodynamik pada para pekaseh se-Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Rabu (17/11). Kegiatan ini merupakan sosialisasi dan pelatihan dalam upaya mencapai kedaulatan pangan di Kabupaten Tabanan. (BP/eka)

Salah satunya adalah mendorong petani kembali ke organik atau menjadi pertanian yang lebih ramah lingkungan. Dan setiap tahunnya, dinas pertanian kabupaten Tabanan di 10 kecamatan selalu ada yang didorong untuk menjadi pertanian mengarah organik.

Baca juga:  Menjaga Bumi, Melindungi Generasi Bali

“Petani terus kita dorong untuk menanam komoditi yang ramah lingkungan, artinya mengurangi pemakaian zat kimia, dan pelatihan yang dilakukan oleh Yayasan Darma Naradha tentunya sangat mendukung progam kami di dinas pertanian, untuk kedepan bisa menghasilkan pangan yang aman dan sehat dikonsumsi, termasuk mengembalikan lahan pertanian yang bersih dari pencemaran bahan kimia yang berlebihan,” ucapnya.

Menurutnya, adanya pertanian organik ini tentunya akan sangat banyak keuntungan, selain mendongkrak harga jual pertanian, tentu dalam jangka panjang juga menjaga kelestarian hayati unsur tanah. Dengan nilai jual pertanian yang lebih tinggi, penghasilan petani juga bertambah dan akhirnya menjaga luas lahan pertanian di Tabanan.

Dan terkait biodinamik atau sistem pertanian organik plus, Putra Sedana salah satu pembicara menjelaskan petani selama ini telah dibuat bingung akan beragam informasi terkait dengan bagaimana memenuhi kebutuhannya untuk bisa beralih ke pangan sehat. Minimnya pengetahuan petani dan kurangnya pendampingan di lapangan mengakibatkan produk pangan yang sehat terbatas, di tengah kebutuhan yang sangat banyak namun pelakunya sedikit.

Dengan konsep biodynamic yang bermodalkan tanduk dan kotoran hewan (sapi), para petani akan terbantu, sekaligus meminimalkan penggunaan pupuk kimia. Kandungan dari Kohe (aplikasi biodinamik) yang sudah ditanam, ketika diangkat 6 bulan kemudian tentunya sudah menyerap energi banyak dari bumi dan langit. “Artinya peranan mikroba lokal yang akan membantu para petani dilingkungannya. Karena mikroba lokal ini sangat produktif dan beradaptasi dengan baik di lingkungannya ini nilai plusnya,” ucapnya. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN