SINGARAJA, BALIPOST.com – Kawasan Danau Buyan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada hingga sekarang masih mengalami pendangkalan parah. Kondisi yang berlangsung sejak beberapa tahun terakhir ini belum juga mendapat penanganan optimal oleh pemerintah.
Pendangkalan ini bertambah parah dengan tumbuhnya rumput dan semak liar. Tak ayal, luasan air danau ini terkesan menyempit.
Pantauan di lapangan Jumat (19/11), pendangkalan ini terjadi mulai dari batas tanggul yang sudah dibangun beberapa tahun sebelumnya. Areal pendangkalan ini sampai menjorok ke tengah danau.
Kondisi ini bertambah parah dengan tumbuhnya rumput dan semak liar. Bahkan, tutupan tanaman liar ini terlihat sangat subur, sehingga praktis luasan air danau seperti menyempit.
Sebelumnya, pemerintah daerah telah melakukan upaya normalisasi di pinggir danau ini. Sedimentasi yang mengendap ini pun dikeruk menggunakan alat berat.
Selain itu, eceng gondok yang waktu itu tumbuh dengan subur juga telah berhasil dibersihkan. Hanya saja, setelah penanganan itu, rupanya masalah pendangkalan ini belum juga tuntas.
Namun, kondisinya tetap sama, hanya saja genangan air yang sekarang menutup permukaan air danau tidak lagi eceng gondok, namun berganti dengan rumput dan semak liar.
Petani atau peternak di daratan Danau Buyan mulai memanfaatkan rumput dan semak liar yang tumbuh di atas pendangkalan itu. Karena tidak semua rumput dan semak liar bisa dijadikan pakan ternak hijauan, sehingga hanya sebagian kecil saja rumput dan semak liar itu bisa diolah untuk pakan ternak.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng Gede Melandrat ketika dikonfirmasi terkait hal ini mengatakan, pendangkalan ini tidak bisa dihindari karena terjadi perubahan perilaku pengolahan lahan pertanian di tepian danau. Ketika hujan, perubahan prilaku pertanian itu memicu erosi kemudian menghanyutkan tanah atau pasir yang kemudian bermuara di danau dan terjadi pendangkalan.
Tak hanya itu, akibat dampak kemarau tahun-tahun sebelumnya menyebabkan penyusutan air danau. Bahkan, pihaknya pernah melakukan pengukuran dari tanggul yang sudah dibangun sekarang terjadi penyusutan ke dalam danau sekitar 30 meter. “Pendangkalan masih terjadi dan sedimentasi yang bermuara di danau itu ditumbuhi ganggang, rumput dan semak liar yang sekarang menutupi permukaan danau,” katanya.
Menurut Melandart, pendangkalan ini sudah mendapat penanganan dari Pemerintah Pusat melalui Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali – Penida. Bahkan, untuk danau Buyan, Tamblingan (Buleleng), Beratan (Tabanan), dan Batur (Bangli) ditetapkan menjadi skala prioritas Nasional ke II dalam hal penanganan kerusakan yang terjadi sekarang ini.
Sebelumnya, BWS Bali – Penida juga membangun tanggul di pinggiran danau. Ini untuk menghalangi kalau terjadi erosi lahan pertanian milik warga yang mengalir ke danau. Sedangkan, program lanjutanya akan kembali dilakukan normalisasi dan menambah ketinggian tanggul di tepian danau.(Mudiarta/balipost)