Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Tracing kasus COVID-19 di Bali yang masih rendah menjadi salah satu faktor yang membuat kepercayaan dunia pada penanganan COVID-19 di Bali dan Indonesia belum tinggi. Hal ini akhirnya berdampak pada belum adanya kunjungan wisatawan asing ke Bali. Demikian dikemukakan Virologi dari Universitas Udayana Prof. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, Selasa (23/11) dalam Bali Post Talk.

Ia mengatakan, Bali saat ini mengalami fase penurunan kasus, tingkat kematian rendah, dan tingkat hunian rumah sakit juga rendah. Hanya saja yang masih menjadi persoalan di Bali adalah jumlah tracing per hari di bawah 7 orang untuk satu temuan kasus.

Idealnya, jika satu orang terinfeksi COVID-19, setidaknya dilakukan tracing pada 30 orang yang pernah melakukan kontak. Namun Mahardika menyebut bahwa penurunan kasus terjadi karena banyak faktor, tidak hanya jumlah tracing dan vaksinasi. Salah satunya faktor alam.

Baca juga:  Bawah Laut Pesisir Lovina Masih Terjaga dari Pencemaran Sampah Plastik

Pada saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa, cuaca menjadi panas dan lembab. Kondisi cuaca seperti ini yang membuat virus tidak bertahan lama dan mati.

Dengan melihat pola kasus tahun lalu, letupan kasus terjadi pada Juli-Agustus. Tahun ini letupan juga terjadi pada periode yang sama.

Letupan kedua tahun ini adalah Desember 2020 sampai Januari 2021. Dari pola tersebut, ia menilai kemungkinan akan terjadi letupan kasus yang bisa terjadi Desember hingga Januari dan Februari 2022.

Baca juga:  Pecah Rekor 9 Kali Selama 19 Hari, Zona Merah COVID-19 di Bali Bertambah

Faktor kedua yang mempengaruhi adalah intervensi manusia, termasuk PPKM. Dalam fase landai saat ini, ia juga sedang memantau efektivitas vaksin.

Berdasarkan data vaksinasi, 80% dari target 3,4 juta penduduk telah divaksinasi dua kali. Ini membuat status vaksinasi di Bali cukup tinggi se-Indonesia.

Bali dengan wilayah geografis terdiri dari pulau kecil yang dibatasi laut, ditambah dengan jumlah penduduk yang kecil semestinya manajemen wabah lebih mudah.

Namun perlu juga menjadi perhatian adalah negara-negara yang sudah mencapai vaksinasi 70%, seperti Jerman, Inggris, Prancis saat ini terjadi gelombang keempat kasus COVID-19. Jerman misalnya pada letupan kasus sebelumnya melaporkan kasus 20.000 – 30.000 per hari. Namun pada gelombang keempat telah mencapai 60.000 kasus per hari.

Baca juga:  Operasi Pekat Digelar, Judi dan Tempat Prostitusi Disasar

Sedangkan jumlah orang yang masuk rumah sakit dan meninggal dunia relatif lebih rendah. “Artinya vaksin sudah mampu menekan risiko orang dirawat dengan gejala berat dan meninggal dunia tetapi tidak berhasil menekan risiko transmisi komunitas,” ujarnya.

Ia yakin dengan vaksinasi 100% dapat menjadikan masyarakat bisa hidup berdampingan dengan COVID-19. “Dengan vaksinasi 100 persen, jumlah pasien ke rumah sakit dan tekanan terhadap sistem kesehatan dapoat diperkecil, maka hal itu berarti, kita sudah mampu hidup berdampingan dengan COVID-19,” imbuhnya. (Cita Maya/balipost)

BAGIKAN