JAKARTA, BALIPOST.com – Terus terkendalinya kasus COVID-19 di Indonesia saat ini sangat diharapkan agar pandemi dapat diakhiri. Bila bisa diakhiri, Indonesia dapat memasuki tahapan endemi COVID-19.
Dari peta zona risiko penyebaran COVID-19 di Indonesia per 21 November, terdapat 477 kabupaten/kota masuk zona kuning. Jumlah ini mencapai 92,80 persen dari 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Sementara itu, ada 37 kabupaten/kota masuk zona hijau (7,20 persen).
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, Indonesia harus terus mempertahankan kondisi kasus yang terkendali di tengah lonjakan kasus di berbagai negara di dunia. Ia menyebut, laju kasus COVID-19 di Indonesia saat ini masih cukup terkendali. “Perlu menjadi perhatian, transisi menuju endemi dapat sewaktu-waktu terhambat akibat lonjakan kasus yang kembali terjadi,” Wiku menegaskan dalam keterangan persnya, Selasa (23/11).
Agar masyarakat mudah memahami, Wiku mengedukasi masyarakat berdasarkan ilmu epidemiologi. Jika berdasarkan luas penularannya, dapat dibagi kondisi penularan suatu penyakit, termasuk COVID-19 menjadi 3 bagian.
Pertama, ialah epidemi, yang berarti kondisi dimana peningkatan kasus yang cepat di wilayah tertentu. Contohnya COVID-19 yang awalnya ditemukan pada Desember 2019 di Kota Wuhan, China dan terus menyebar sampai seluruh penjuru negeri tersebut.
Kedua, yaitu tahapan pandemi. Kondisi dimana peningkatan jumlah kasus COVID-19 secara cepat dan bersamaan di banyak negara bahkan di seluruh dunia. Contohnya penetapan pandemi COVID-19 pada 11 Maret 2020 hingga kini.
Kondisi kasus masih tergolong tinggi di beberapa negara bahkan merupakan lonjakan berulang setelah pelandaian. Seperti contohnya di Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Jerman.
Ketiga yaitu endemi. Kondisi dimana kasus masih tetap ada di beberapa wilayah dengan jumlah kasus yang rendah dengan laju penularan yang stagnan. “Tahapan epidemi menjadi pandemi COVID-19 telah banyak memberikan pelajaran bagi kita. Khususnya terkait pentingnya mencegah agar lonjakan kasus tidak lagi terjadi di kemudian hari,” tegas Wiku.
Untuk itu diharapkan kerjasama berbagai elemen masyarakat untuk mensukseskan target pengendalian COVID-19 yang terkini. Ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan agar target menuju endemi dapat terealisasi.
Pertama, penetapan indikator endemi secara luas atau percakupan daerah dilakukan oleh pemerintah dan berkonsultasi dengan pakar.
Kedua, pemantauan kasus melalui surveilans kasus dan genomik COVID-19 secara konsisten.
Ketiga, terus menekan angka kasus berat dan kematian menjadi angka kesembuhan yang tinggi melalui upaya vaksinasi, perawatan serta pengobatan kasus yang berkualitas.
Keempat, menjaga laju penularan tetap dalam kondisi rendah dan terkendali melalui upaya testing dan tracing, penyesuaian aktivitas masyarakat yang aman dan produktif serta mobilitasnya.
“Kita berharap perkembangan kasus di Indonesia yang semakin baik ini tetap bertahan. Bahkan pasca periode nataru seringkali menimbulkan lonjakan kasus,” lanjut Wiku.
Untuk itu diharapkan momen nataru mendatang menjadi pembuktian Indonesia kepada dunia. Bahwa Indonesia mampu dengan baik mengantisipasi lonjakan kasus walau memasuki periode libur panjang.
“Saya pun meminta masyarakat Indonesia juga berempati untuk negara lain karena pandemi COVID-19 baru akan selesai apabila semua negara dapat mengendalikan kasus sehingga mendukung proses pemulihan ekonomi global,” ungkapnya. (kmb/balipost)