Kegiatan piodalan di Desa Adat Penyabangan, Kecamatan Gerokgak. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Adat Penyabangan di Kecamatan Gerokgak berada dalam kawasan pariwisata di Buleleng Barat. Dengan kondisi itu, sekarang potensi wisata di desa adat ini mulai bergeliat. Salah satunya, potensi wisata spritual.

Dengan potensi itu, sekarang Desa Adat Penyabangan merancang program bersama pemerintah desa dan instansi terkait lain untuk mengembangkan wisata spritual.

Kelian Desa Adat Penyabangan, Jro Putu Mangku, Rabu (24/11) mengatakan sejak terbentuk, desa adat yang dipimpinnya itu terbagi 4 banjar adat. Rinciannya, Banjar Adat Wana Sari, Taman Sari, Laba
Sari, dan Manik Tunggal. Di empat banjar adat itu krama desa sebanyak 900 kepala keluarga (KK) tinggal.

Sebagian besar mereka menjadi pekerja tambak dan juga menjadi nelayan pembudidaya ikan. Setiap krama desa ini bertanggung jawab atas keberadaan Pura Kayangan Tiga yang terdiri dari Pura Desa, Pura Dalem, dan Pura Segara.

Baca juga:  Gelar Lomba Tari Saat COVID-19, Ini Dilakukan Kodim

Selain itu, ada juga Pura Kayngan Desa seperti, Pura Taman dan Pura Pucak Gondol. “Setiap krama desa ini bertanggung jawab penuh sebagai pangempon baik di Kayangan Tiga dan Kayangan Desa,” katanya.

Menurut Kelian Desa Jro Putu Mangku, keberadaan
perayangan di desa adat belakangan mulai memunculkan kepercayaan umat dari luar daerah. Salah satunya di Pura Pucak Gondol yang berdiri di
atas lahan seluas 2,4 hektare.

Di mana, pura yang terletak di atas bukit dan di tengah
laut itu diyakini menyimpan aura spritual yang tinggi. Tak pelak, pamedek yang nangkil ke pura ini tak pernah sepi.

Baca juga:  Desa Payangan Maksimalkan Potensi Jambu Kristal Jadi Agrowisata

Apalagi ketika musim dewasa ayu (hari baik), para
pamedek ramai melakukan persembahayangan di pura itu. “Pangempon adalah krama desa kami, namun belakangan pamedek luar daerah ramai yang bersembahyang. Mungkin karena taksu atau kepercayaan pamedek itu sehingga sangat menyucikan keberadaan pura di wilayah kami itu,” katanya.

Menyusul kondisi itu, Jro Putu Mangku mengaku, sejauh ini pemerintahan di desa adat bekerja sama dengan desa dinas dan instansi terkait bergandengan tangan untuk mengembangkan pariwisata spritual di Desa Adat Penyabangan. Dengan cara ini, pihaknya ingin menciptakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda atau kelompok masyarakat.

Di sisi lain Jro Putu Mangkubmenyebut, sejak menerima kucuran Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dari Gubernur Bali Wayan Koster, pihaknya telah melaksankan program pemberdayaan, pelaksanaan
piodalan, seni, budaya, dan kegiatan fisik. Dengan perhatian itu Gubernur itu, sekarang beban krama desa menjadi ringan.

Baca juga:  Pasangan Muda Mendominasi Kasus Perceraian di Buleleng

Terutama dalam piodalan krama desa tidak lagi dikenakan iuran (paturunan). Selain itu, dengan BKK
itu, pihaknya juga telah berhasil melakukan penataan di wewidangan Pura Dalem. Ini dilakukan dengan membangun toilet, sehingga lingkungan pura sekarang menjadi asri. “Program Pak Gubernur itu
sangat bagus dan kami telah merasakan dan betul-betul menjaga desa adat dan meringankan beban krama desa. Harapan kami ini bisa dilanjutkan, sehingga desa adat akan semakin eksis dalam menjaga seni, budaya, dan potensi lokal di desa adat,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN