BANGLI, BALIPOST.com – Desa Adat Sekardadi, di Kecamatan Kintamani selama ini rutin melaksanakan upacara nangluk merana. Yang unik, dalam rangkaian upacara itu terdapat tradisi majurag tipat (berebut ketupat). Peserta yang dilibatkan hanya yang masih anak-anak.
Upacara nangluk merana diadakan setiap satu tahun sekali pada sasih kanem. Upacara digelar menggunakan sarana wewalungan berupa satu ekor sapi dan babi.
Pelaksanaannya di dua lokasi yakni di pemangkalan (tanggun desa) dan catus pata desa adat setempat. “Tujuan utama pelaksanaan Nangluk Merana adalah untuk menetralisir aura negative yang ada di wewidangan desa adat,” ungkap Kelian Adat Desa Adat Sekardadi I Nengah Madria.
Setelah upacara nangluk merana selesai, kemudian dilanjutkan dengan tradisi mejurag tipat. Kata Madria, tidak semua krama dilibatkan dalam mejurag tipat. Hanya yang masih anak-anak.
Seperti majurag tipat yang digelar sebulan lalu, pihaknya hanya melibatkan sejumlah anak-anak di desa setempat yang masih duduk di kelas VI SD. “Kami hanya libatkan sedikit mengingat situasi masih pandemi COVID,” ujarnya.
Dalam tradisi majurag tipat tersebut, tipat atau ketupat yang diperebutkan yakni jenis tipat nasi. Sebelum dimulai, para peserta terlebih dahulu berbaris rapi di seberang tumpukan tipat yang digantung dengan sebilah bambu.
Peserta kemudian akan berlari berebut tipat setelah ada aba-aba. Adapun jumlah tipat yang diperebutkan mencapai ratusan biji. Masing-masing krama pengarep mengeluarkan urunan enam biji (satu kela) tipat. “Di sini total karma pengarep jumlahnya 104,” terangnya.
Selain majurag tipat, diadakan juga tradisi magibung usai upacara nangluk merana. Tradisi itu diikuti krama dewasa. Seluruh kegiatan serangkaian upacara nangluk merana tersebut, kata Madria dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) pencegahan covid-19.
Selaku kelian adat, Madria selama ini sangat mengapresiasi kebijakan dan program Gubernur Bali Wayan Koster dengan visi Nangun Sat Kertih Loka Bali. Ia juga menyampaikan terimakasih atas adanya bantuan dana yang dikucurkan langsung ke desa adat. (Dayu Swasrina/balipost)