Pelancong berdiri di depan sebuah konter maskapai penerbangan di Bandara Internasional Kingsford Smith, Sydney, Australia, 2020. (BP/Antara)

MELBOURNE, BALIPOST.com – Sejumlah negara melaporkan kemunculan varian baru Omicron. Untuk itu New South Wales pada Minggu, melakukan uji COVID-19 terhadap pendatang setelah dua pelaku perjalanan dari selatan Afrika terbukti positif COVID-19.

“Pengurutan genom mendesak sedang berlangsung untuk mengetahui apakah mereka (para pendatang) terinfeksi Omicron… varian yang diwaspadai,” kata departemen kesehatan negara bagian terpadat di Australia, dikutip dari Kantor Berita Antara, Minggu (28/11)

Baca juga:  Badung Tunda PTM, Segini Jumlah Guru Terkonfirmasi COVID-19 Sudah Sembuh

Dua penumpang yang terinfeksi itu tiba di Sydney, ibu kota New South Wales, pada Sabtu (27/11) malam dan dibawa ke sebuah hotel untuk menjalani karantina 14 hari. Penumpang lain dalam penerbangan itu yang dianggap sebagai kontak dekat perlu segera diuji dan diisolasi selama 14 hari, dan pemeriksaan lain yang sesuai akan dilakukan, kata Depkes.

Australia memberlakukan pembatasan baru pada Sabtu bagi orang yang pernah bepergian ke sembilan negara di selatan Afrika di tengah kekhawatiran varian itu dapat memicu gelombang baru pandemi.

Baca juga:  Italia Buka Pariwisatanya, Cuma Wisatawan Kawasan Ini yang Diizinkan Berkunjung

Inggris, Jerman dan Italia melaporkan kasus infeksi Omicron pada Sabtu ketika banyak negara di dunia membatasi perjalanan dari wilayah selatan Afrika. Selandia Baru hanya mengizinkan penduduknya untuk masuk ke negara itu dari sembilan negara Afrika. Mereka diharuskan mengisolasi diri di hotel selama 14 hari dan menjalani tes.

Australia awal bulan ini melonggarkan pembatasan di perbatasan internasional mereka untuk pertama kali selama pandemi, setelah target tingkat vaksinasi tercapai. Kebijakan itu mengizinkan penduduk yang sudah divaksin untuk kembali ke negara itu tanpa karantina. Sejauh ini, Australia telah mencatat sekitar 205.000 kasus dan 1.985 kematian akibat pandemi, lebih rendah dari banyak negara maju lainnya. (kmb/balipost)

Baca juga:  Menkeu AS Sindir Rusia, Sebut Gunakan Pangan Sebagai Alat Perang
BAGIKAN