Panen Padi - Bupati Tamba panen padi organik yang digelar di Denplot BPP Kecamatan Mendoyo. (BP/Ist)

NEGARA, BALIPOST.com – Dampak bahaya dari penggunaan pupuk kimia menyebabkan sektor pertanian mulai berbenah untuk menggunakan pertanian organik sebagai solusi keberlanjutan ekosistem pertanian di masa mendatang. Dampak negatif tersebut mulai dari pengerasan tanah, pemusnahan mikroorganisme, pencemaran air, dan pemicu gangguan kesehatan.

Dilansir dari Hunker, asam klorida dan asam sulfat pada pupuk kimia di dalam tanah melarutkan remah-remah tanah yang kaya akan mineral sehingga menyebabkan tanah mengeras.

Dilansir dari Conserve Energy Future, konsentrasi nitrogen dan nutrisi akan masuk ke dalam air dan menyebabkan eutrofikasi yang memicu alga bloom, yaitu lonjakan mikroorganisme yang akan menyebabkan penurunan kadar oksigen juga pelepasan racun.

Baca juga:  Upaya Diversifikasi Pangan dengan Budidaya Porang

Dilansir dari Amos Institute, konsentrasi cadmium dan aluminium akibat penggunaan pupuk kimia berperan dalam patofisiologi Alzheimer. Yang berarti penggunaan pupuk kimia memicu penyakit Alzheimer

Dari data tersebut maka jika dibiarkan dalam waktu lama akan menyebabkan tanah kering dan padat serta ekosistem air mati dan bisa dikatakan zona mati.

Bupati Jembrana, I Nengah Tamba ikut memanen padi Perdana Hasil Demplot Penggunaan Pupuk Organik Hayati Cair “RIOGEN” Bertempat di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Mendoyo, Selasa (30/11). Turut hadir mendampingi Bupati, Kadis Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan dan Kadis Pertanian dan Pangan. Penanaman padi organik ini dimotori oleh CV. Jimbaran Bali Pertiwi pada lahan BPP Kec. Mendoyo dengan luas lahan 20 are.

Baca juga:  Atasi Kekeringan Panjang di Sektor Pertanian, Pemerintah Masifkan Proyek Pompanisasi

Menurut Direktur CV. Jimbaran Bali Pertiwi, Anak Agung Ngurah Suyasa penanaman padi secara organik ini diawali dari penebaran pupuk organik, pupuk kandang sapi, dan 25 Kg NPK sampai pada pemeliharaan sebelum panen hanya dengan penyemprotan pupuk organik RIOGEN ini. “Ini adalah panen perdana seluas 20 are di Denplot BPP ini. Dan kami melakukan penanaman percobaan penggunaan pupuk organik ini seluar 1 hektar, yaitu 20 are di Subak Semanggong, 15 are di Subak Pecelengan, 30 are di Subak Tegalwani, dan 15 are di Subak Sawe,” ujar Agung Suyasa.

Baca juga:  Luas Lahan Pertanian Denpasar Makin Tergerus, Terhimpit Permukiman

Bupati Tamba mengungkapkan penggunaan pupuk organik harus sudah dimulai untuk menjaga kesuburan tanah tetap terjaga dan ekosistem di sekitarnya tetap hidup. “Berdasar hasil panen ini bahwa dari segi hasil tidak terjadi penurunan jumlah gabah dan penambahan biaya perawatan padi organik ini dibandingkan kimiawi. Jadi di sini untung petani, dan saya sangat senang dengan program organik ini,” tegas Tamba.

Dari data hasil panen yang diperoleh antara kimiawi dan organik di BPP mendoyo ini, yaitu 25 are padi kimiawi menghasilkan 6,048 ton/hektar sedangkan 20 are padi organik menghasilkan 5,76 ton/hektar. Sehingga pemanfaatan pupuk organik menghasilkan panen yang lebih baik. (Adv/balipost)

BAGIKAN