DENPASAR, BALIPOST.com – Varian Omicron merupakan mutasi dari COVID-19 yang awalnya ditetapkan WHO sebagai variant under monitoring (VUM) pada 24 November 2021. Dua hari setelahnya, ditetapkan sebagai variant of concern (VOC).
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Nasional, Prof. Wiku Adisasmito, Indonesia juga perlu mewaspadai dan mengantisipasi masuknya varian Omicron. Kunci antisipasi ini, sebut Wiku, ada empat.
Yakni dengan mengkaji ulang kebijakan pembatasan pada pintu masuk negara, meningkatkan whole genome sequencing (WGS) untuk mendeteksi varian Omicron, memastikan mobilitas masyarakat dilakukan dengan aman, dan memasifkan testing dan tracing terutama pada pelaku perjalanan luar negeri. “Penerapan protokol kesehatan ketat juga harus dilakukan, terlebih kita akan segera memasuki periode Natal dan Tahun Baru, dimana aktivitas masyarakat berpotensi meningkat yang juga meningkatkan potensi penularan,” ujar Wiku mengingatkan.
Ia menjelaskan varian ini ditemukan di Afrika Selatan, Hong Kong, dan Botswana pada November 2021. Hingga saat ini, beberapa wilayah atau negara telah mengonfirmasi kasus Omicron
“Sebagai contoh yaitu Italia, Jerman, Belanda, Inggris, Australia, Kanada, dan Israel. Dari tujuh negara tersebut, ternyata 6 di antaranya saat ini tengah menunjukkan kenaikan kasus. Bahkan Italia, Jerman, dan Belanda mengalami kenaikan kasus yang sangat tajam. Hanya Israel yang saat ini tren kasusnya belum menunjukkan kenaikan,” ungkapnya dalam keterangan pers virtual yang dipantau di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (30/11).
Ia menambahkan WHO menyebutkan bahwa efektivitas vaksin, testing, dan obat-obatan terhadap varian Omicron masih dalam tahap pengkajian lebih lanjut. Namun, bukti awal menunjukkan mungkin ada risiko tertular kembali untuk orang yang sudah pernah mengalami COVID-19 dibandingkan dengan varian lainnya. “Meskipun demikian, informasi terkait hal ini masih sangat terbatas dan masih dalam proses penelitian,” tekannya.
Ia pun mengatakan bahwa sebagian negara di dunia, terlebih yang kasusnya sedang meningkat, segera mengambil langkah antisipasi mencegah Omicron masuk dan menyebar semakin luas. Ketujuh negara yang telah melaporkan adanya kasus varian Omicron melakukan mitigasi.
Seperti, Italia menelusuri kontak kasus positif yang memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara di Afrika, meningkatkan penelusuran kontak secara umum, dan cakupan WGS (whole genome sequencing) agar makin cepat mendeteksi keberadaan varian Omicron.
Jerman memberlakukan travel ban atau melarang perjalanan dari Afrika, kecuali warga negaranya. Warga yang baru pulang dari Afrika, wajib melakukan karantina selama 14 hari.
Belanda memberlakukan kebijakan testing dari seluruh pelaku perjalanan dari Afrika Selatan serta melakukan WGS pada semua pelaku perjalanan dari wilayah Afrika yang sudah masuk ke negaranya.
Sedangkan Inggris, melakukan testing ulang bagi pelaku yang positif varian Omicron serta menutup pintu kedatangan bagi pelaku perjalanan dari negara di Afrika. “Inggris juga kembali memberlakukan wajib masker dan mewajibkan testing bagi pelaku perjalanan internasional,” paparnya.
Australia memberlakukan karantina 14 hari bagi warga negaranya yang baru pulang dari 9 negara di Afrika. Negara itu juga sedang mengkaji kebijakan kedatangan untuk pekerja migran dan pelajar internasional.
Kanada menutup kedatangan bagi pelaku perjalanan dengan riwayat singgah di Afrika selama 14 hari terakhir. Bagi mereka yang baru pulang dari negara di Afrika, wajib dites dan dikarantina.
Israel memberlakukan daftar merah pada 50 negara di Afrika. Bahkan, melarang masuknya WNA dari semua negara. Selain itu, Israel juga memberlakukan karantina bagi seluruh warganya, melakukan tracing pada 800 pelaku perjalanan yang baru pulang dari negara di Afrika dan mengawasi warga dari aplikasi telepon genggam.
Selain negara-negara yang sudah disebutkan, ada juga beberapa negara lain yang melakukan pengetatan. Jepang mengambil langkah tegas melarang WNA masuk.
“Pembatasan sementara dilakukan pada pelaku perjalanan internasional dengan kewarganegaraan apapun yang tinggal atau memiliki riwayat singgah di negara-negara yang dibatasi,” jelasnya.
Tingkatkan Disiplin
Peringatan agar masyarakat Indonesia tetap waspada dengan meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan juga dilontarkan Pakar Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi. Dalam keterangan persnya, ia menjelaskan mutasi varian Omicron diperkirakan menjadi penyebab peningkatan kasus secara eksponensial di Afrika Selatan dalam 2 pekan terakhir.
Varian baru ini sangat diantisipasi karena mutasi varian ini mencapai lebih dari 50 pada spike protein lebih dari 30. Tak hanya di Afrika Selatan, virus ini juga mulai terdeteksi di berbagai belahan dunia lainnya.
Meski tengah menjadi kekhawatiran global, Jane menjelaskan bahwa para peneliti dunia saat ini masih mempelajari varian tersebut. Dengan kata lain, para peneliti belum ada yang dapat memastikan seberapa berbahaya virus ini dari sisi tingkat penularan maupun keganasan penyakit yang ditimbulkan dibandingkan dengan varian lain yang sudah ada.
Ia menambahkan para peneliti juga masih mengkaji lebih jauh terkait efektivitas penerapan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak dalam mencegah varian tersebut. Meski begitu, masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku dan menyegerakan vaksinasi. “Munculnya varian baru termasuk omicron juga masih dalam penelitian,” kata Doktor Bidang Penelitian Pelayanan Kesehatan dari Erasmus University, Belanda ini. (Diah Dewi/balipost)